Terbit
17/10/2022
Diperbarui
17/10/2022

Antarkan 2000 Desa di Jawa Tengah Mandiri Energi

Direktur Institute for Essential Services Reform (IESR), Febby Tumiwa, menilai kepemimpinan Ganjar sudah menunjukkan komitmen untuk membawa Jawa Tengah mandiri energi.

Di bawah naungan Ganjar Pranowo, lebih dari 2.000 desa di Jawa Tengah dinyatakan sudah mandiri energi.

Krisis energi yang membayangi, membuat Ganjar terus merintis energi baru terbarukan (EBT). Ia ingin memastikan masyarakat memiliki alternatif di tengah situasi energi fosil yang makin langka dan mahal.

Di Jawa Tengah, banyak potensi EBT yang bisa dimaksimalkan. Seperti panas matahari, gas rawa, geothermal, angin, dan air.

Dari data Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jawa Tengah,  lebih dari 2.000 desa di Jateng telah mandiri energi dengan memanfaatkan EBT di daerah masing-masing.

Penerapan EBT di Jawa Tengah dimulai dari gedung-gedung milik pemerintah. Bagian atap perkantoran ditanam Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) untuk mengolah cahaya matahari menjadi listrik. Seperti rumah sakit, tempat pelayanan sosial, dan lainnya. Penerapan ini mampu meningkatkan produksi energi PLTS Atap.

PLTS Atap di Jawa Tengah dimulai tahun 2017. Kali pertama diterapkan di kantor Dinas ESDM dengan kapasitas 35 KWp.

Kemudian, PLTS Atap dipasang di kantor Bappeda dengan kapasitas 30 KWp pada tahun 2018, dan di kantor Sekretariat Dewan Provinsi Jateng dengan kapasitas 30 KWp pada tahun 2019. Hingga 2021 kemarin, di Jawa Tengah sudah terbangun 995 kWp PLTS. Jumlah tersebut dipastikan akan bertambah.

Selain PLTS Atap, Jateng juga sudah mengembangkan pembangkit listrik dari gas rawa, gas metan, tenaga air dan lainnya.

Pemanfaatan EBT yang dinahkodai Ganjar ini diapresiasi Direktur Institute for Essential Services Reform (IESR), Febby Tumiwa. Dia menilai kepemimpinan Ganjar sudah menunjukkan komitmen penuh untuk membawa Jawa Tengah mandiri energi dengan menerapkan EBT.

"Komitmen Jateng dalam pengembangan EBT sangatlah kuat. Ini terbukti bagaimana Jateng merencanakan pembangunan energi daerahnya dan di Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMDnya) yang konsentrasi pada EBT,” katanya seperti dikutip dari Kompas.

Belakangan, Ganjar juga merambah pondok pesantren. Ganjar memberikan bantuan PLTS salah satunya untuk Pondok Pesantren Tanbihul Ghofilin, di Desa Mantrianom, Kecamatan Bawang, Kabupaten Banjarnegara.

PLTS tersebut dipasang di struktur bangunan rooftop aliran listrik yang tinggi dan dapat menghasilkan daya 10.000 Kwh. Daya listrik yang dihasilkan itu digunakan untuk kebutuhan air bagi kegiatan para santri.

Ketua Ponpes Tanbihul Ghofilin, Ahmad Muhid Dwi mengakui jika bantuan PLTS dari Ganjar mampu menghemat pengeluaran biaya listrik hingga 40 persen.

“Satu bulan biasanya pembayaran yang harus kita topang Rp2,4 juta sampai 2,6 juta. Sejak ada PLTS kami hanya membayar Rp1,2 juta, dan kalau cuaca terang hanya Rp1,1 juta juga sudah pernah," paparnya seperti dilansir dari Tribunnews.

Dari hasil berhemat dari biaya listrik tersebut, Ponpes Tanhibul Ghofilin pun mampu menyisihkan hingga Rp20 juta per tahun.