Terbit
18/1/2023
Diperbarui
18/1/2023

Apresiasi untuk Ganjar Pranowo: Berturut-turut Bawa Jateng Sebagai Provinsi Kesetaraan Gender Terbaik

"Karena selain kodrat, tidak ada satu hal pun yang pantas untuk diperbedakan dan gender bukan penghalang meraih kesuksesan," ujar Ganjar Pranowo.

Selama empat kali bertutut-turut Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia menobatkan Jawa Tengah sebagai provinsi terbaik kesetaraan gender melalui Anugrah Parahita Ekapraya.

Penghargaan tersebut merupakan apresiasi pemerintah pusat atas komitmen dan peran pemerintah daerah dalam pembangunan sektor perempuan dan anak, khususnya melalui strategi pengarusutamaan gender.

Jateng dinilai menjadi yang terbaik karena mendapatkan penghargaan kategori Mentor, predikat tertinggi dalam kategori anugrah tersebut. Penghargaan itu terakhir diterimanya pada 13 Oktober 2021, seperti juga diberitakan Jpnn.com.

Sebagai pemimpin, Ganjar Pranowo sangat menyadari, kesetaraan gender menjadi isu penting yang mesti menjadi perhatian seluruh masyarakat.

"Karena selain kodrat, tidak ada satu hal pun yang pantas untuk diperbedakan dan gender bukan penghalang meraih kesuksesan," ujar Ganjar Pranowo.

Di Jawa Tengah sendiri, komitmen pemberdayaan perempuan terus dilakukan satu di antaranya dengan mengutamakan wanita dalam Musyawarah Rencana Pembangunan (Musrenbang). Selain itu, disediakan pelatihan bagi perempuan rentan di 130 titik, yang tersebar di 35 kabupaten/ kota, serta masih banyak dukungan lain yang diulurkan Pemprov Jateng dalam mengembangkan sektor perekonomian bagi perempuan.

Dalam berbagai kesempatan, Ganjar memang kerap bicara betapa pentingnya penghargaan terhadap seorang perempuan. Penghargaan itu secara sederhana bisa diwujudkan dengan tidak membebankan sepenuhnya pekerjaan domestik rumah tangga kepada kaum wanita.

Pada peringatan Hari Ibu 2022 kemarin misalnya, Gubernur Ganjar Pranowo dengan lantang menyerukan kepedulian terhadap perempuan lewat Gerakan Pria Peduli Perempuan dan Anak (Garpu Perak).

Gerakan ini diakui Ganjar, terinspirasi dari aktivitasnya bersama sang istri, Siti Atiqoh Supriyanti. Saat itu dia sedang membantu istrinya dengan cara menyetrika baju.

"Saya terbiasa melakukan pekerjaan itu. Tapi, ketika saya setrika, dan istri saya iseng-iseng merekam dan meng-upload ke medsos, ternyata reaksi masyarakat beragam," katanya seperti dikutip dari Merdeka.com.

Keberpihakan Ganjar terhdap perempuan dan anak juga diwujudkan lewat programnya Jateng Gayeng Nginceng Wong Meteng. Program yang digagas sejak 2016 itu, mampu menjawab permasalahan mengenai tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB), serta kasus stunting.

Mekanisme program ini terdiri dalam 4 fase, yakni fase sebelum hamil, fase hamil, fase persalinan, dan fase nifas. Program itu berlandaskan gotong royong dengan melibatkan banyak unsur baik dinas, puskesmas serta bantuan dari RT/RW untuk kesuksesan pemantauan kondisi ibu hamil.

Melalui program itu kasus stunting di Jateng mengalami penurunan setiap tahunnya. Bukan hanya itu, Program Jateng Gayeng Nginceng Wong Meteng juga terbukti mampu menekan angka kematian ibu dan anak, salah satunya dengan upaya memenuhi kebutuhan gizi mereka.

Mengutip data dari Studi Status Gizi Indonesia, angka stunting di Jateng pada 2013 atau di masa awal Ganjar menjadi gubernur, mencapai 37 persen. Jumlah itu turun di tahun 2018 menjadi 31 persen.

Kemudian pada 2021, tercatat sebesar 19,9 persen. Jumlah itu turun dari tahun sebelumnya, yang mencapai 27 persen. Capaian Jateng terhadap penurunan angka stunting itu telah berhasil melampaui target Suistainable Development Goals (SDGs).

Untuk mencegah kasus kekerasan pada perempuan dan anak, Ganjar Pranowo juga sigap membuka kanal pengaduan. Masyarakat bisa menghubungi Satuan Pelayanan Terpadu Perlindungan Perempuan dan Anak (SPT-PPA) Provinsi Jawa Tengah di nomer 085799664444 atau (024)7602952.

Langkah ini sebagai upaya pencegahan, juga untuk meningkatkan kepekaan dan kepedulian terhadap sesama. Jika anda menjadi korban, atau melihat, jangan takut untuk segera melapor.[]