Terbit
11/5/2022
Diperbarui
13/8/2022

Birokrasi Tanpa Pungli, Jateng Ramah Investasi

Kebijakan perizinan satu pintu yang diterapkan Ganjar juga dinilai sebuah inovasi karena bisa memotong pungli.
Foto: Ilustrasi | Freepik.com

PUJIAN itu dilontarkan Kim Soo II, seorang pengusaha asal Korea Selatan juga pemilik Busan Indonesia Center. Di depan Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, ia menyebut Jawa Tengah sebagai provinsi yang ramah investasi.

Yang dilontarkan Kim cukup beralasan. Bahkan, kata dia, sejumlah investor dari Negeri Ginseng mengangkat topi dengan birokrasi investasi yang diterapkan Ganjar.

Intinya ialah birokrasi investasi tak ribet, mudah, dan cepat.

“Terima kasih pada Pak Gubernur karena dukungan kuat beliau untuk kesuksesan investor Korea yang ada di Jawa Tengah,” kata Kim yang sangat fasih berbahasa Indonesia pada pertemuan 12 April 2022. Kim sebelumnya pernah menjabat sebagai Duta Besar Korea untuk Timor Leste.

Kekaguman Kim terhadap birokrasi Jawa Tengah bukan pilih-pilih. Kim yang datang menengok perusahaannya di Jepara paham betul bahwa di seluruh Indonesia, peraturan invetasi tak jauh berbeda. “Tapi, di Jawa Tengah itu sangat ramah terhadap investor asing,” katanya

Salah satu hal yang ditekankan Ganjar selama ini terkait investasi ialah Pemprov Jateng akan mengayomi. Jika ada problem investasi, ia mempersilakan agar melaporkan ke pemprov. Dengan bersikap terbuka dengan investor dan menyelesaikan masalah, hal itu bisa membuat maju Jateng.

Mari kita menengok ke belakang sebentar. Catatan Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Jateng, menyebutkan, pada triwulan pertama 2021, realisasi investasi sebesar Rp12,26 triliun dengan parameter di atas Rp500 juta.

Nilai tersebut menurun sebesar Rp6,9 triliun dibandingkan periode sama tahun sebelumnya. Baik penanaman modal dalam negeri maupun asing memang sedang lesu tajam karena dihantam pandemi Covid-19.

PMA di Jateng pada periode itu hanya sebanyak 760 proyek, sedangkan PMDN berjumlah 3.829 proyek. Yang perlu diperhatikan, meski nilai realisasi investasinya kecil, jumlah proyeknya justru meningkat dibandingkan tahun sebelumnya. PMA naik sebesar 324 proyek dan PMDN naik sebanyak 2.917 proyek.

Dengan kondisi tersebut, tentu angin segar bagi penduduk Jateng karena peluang keterbukaan lapangan kerja begitu besar.

Jauh sebelum pandemi, setidaknya antara 2015 hingga triwulan kedua 2019, Jateng bak gula-gula, diserbu para investor. Nilai investasi akumulasinya mencapai Rp211,19 triliun. Khusus, PMA mencapai Rp110,85 triliun dengan 4.964 proyek dan menyerap 335.735 tenaga kerja. Sementara, nilai PMDN mencapai Rp100,34 triliun dengan 7.121 proyek dan menyerap 221.071 pekerja. Mengapa hal ini bisa terjadi?

Ganjar punya jawabannya. Pertama, ketersediaan tenaga kerja dan upah yang relatif murah. Kedua, tingginya etos kerja warga Jateng.

Apakah etos kerja warga Jateng benar seperti itu? Pengusaha Philip D Kaligis dari PT Anugrah Cipta Mould memiliki pengalaman sendiri ketika membuka pabriknya di Jawa Barat dan Banten. Rata-rata pekerjanya dari Jateng. “Setelah mengamati, pekerja-pekerja dari Jawa Tengah rata-rata etosnya lebih tinggi dan mudah diajak berkomunikasi,” katanya suatu kali pada November 2019.

Dari pengalaman itulah, Philip pada 2017 telah membuka pabrik baru di Jepara dan melakukan investasi Rp2 triliun untuk pabrik baru di Pati.

Kabar ramahnya investasi di Jateng sudah merebak di kalangan investor. Ini sudah menjadi hal biasa ketika ada investor dipermudah, mereka biasa mengajak investor lain datang ke daerah tersebut.

Jateng yang sedang menikmati bonus demografi, memiliki kekuatan tersendiri. Setidaknya, catatan Dinas Ketenagakerjaan, Transmigrasi, dan Kependudukan Jateng, jumlah usia kerja di provinsi tersebut mencapai lebih dari 18 juta jiwa. Dari jumlah ini, sebanyak lebih dari 17 juta jiwa telah terserap untuk bekerja.

Selain masalah upah dan SDM, yang bisa digarisbawahi ialah pelayanan mudah, murah, dan cepat—dan tentu saja—tanpa pungli. Inilah komitmen Ganjar. Tak boleh main-main dengan korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN).

Pada Maret 2022, CEO PT Superior Prima Sukses (Blesscon), Dermawan Suparsono, terang-terangan mengagumi cara Ganjar bekerja. Ia menyebut, sang gubernur mampu menjadi jembatan yang adem antara pengusaha dan buruh.

Kebijakan perizinan satu pintu yang diterapkan Ganjar juga dinilai sebuah inovasi karena bisa memotong pungli-pungli. “[Pungli] ini benar-benar habis, Pak. Terima kasih,” kata Dermawan.[] AN