Terbit
15/7/2022
Diperbarui
13/8/2022

Gamelan-gamelan Masuk Desa, Nguri-uri Seni Tradisional

Cara Ganjar mengirimi gamelan, selain bentuk tresno (cinta), sekaligus wujud nyata penyelamatan aset bangsa.
Para niaga (pemain gamelan) latihan bersama para penari jatilan atau jaran kepang di pendapa wisata Bumi Makukuhan Desa Wonosari, Kecamatan Bulu, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, Kamis (3 Maret 2022) siang.Foto: Humas Pemprov Jateng

ASIH senang nian begitu melihat seperangkat gamelan Jawa tiba di desanya. Warga Desa Wonosari, Kecamatan Bulu, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah itu akhirnya bisa berlatih menabuh gamelan.

Bersama ibu-ibu PKK Desa Wonosari, ia memanfaatkan gamelan tersebut untuk membuat sebuah grup kesenian.

Sebagian ibu rumah tangga kini tak lagi hanya cukup sebagai penikmat seni ketika desanya bikin pertunjukan, tapi juga andil menjadi niaga (penabuh gamelan) bersama seniman-seniman lokal lain.

“Senang dapat bantuan dari Pak Ganjar. Kami latihan rutin dan dipentaskan kalau ada acara-acara desa,” ujar Asih pada 4 Maret 2022, dikutip dari Kompas.com.

Gubernur Jateng Ganjar Pranowo selama ini memang dikenal peduli dan mencintai kesenian tradisional. Tak hanya mendukung pada seni musik tradisional, ia juga menyukai seni tari, seni lukis, wayang, dan lainnya.

Akhir Juni kemarin, ia ikut menari bersama seniman tari di Jalan Slamet Riyadi, Solo. Berbaju Gatotkaca, ia menari menghibur masyarakat Solo yang sedang menikmati olahraga pagi di momen car free day.

"Pak Ganjar, keren sampeyan, Pak. Ternyata pinter nari ya, luwes banget gerakannya," teriak pengunjung sambil mengabadikan momen Ganjar menari melalui kamera ponsel, dikutip dari Suara.com.

Guntur, salah satu seniman tari yang ikut acara itu, memuji kepedulian Ganjar pada seni tradisional. Menurut dia, dengan cara seperti inilah seni tradisional akan lebih mudah dikenal oleh generasi muda saat ini.

“Kami yakin kesenian tradisional tidak akan mati, bahkan akan lebih maju […] Dan, bangganya lagi sebagai seniman, Pak Ganjar begitu semangat untuk melestarikan ini. Mudah-mudahan ini tetap berlanjut,” ujar Guntur.

Sebagai bentuk rasa syukur atas bantuan gamelan Jawa, seniman di Temanggung menciptakan syair sebagai ucapan terima kasih kepada Ganjar.

"Bersatu padu bersama Ganjar Pranowo. Gotong Royong Mbangun Seni Budaya. Tak akan menyerah hadapi marabahaya..." begitu cukilan syairnya.

Mardiyono, tokoh seniman di Desa Wonosari, mengatakan adanya bantuan gamelan sangat bermanfaat bagi kelompok seniman.

Terlebih, di Desa Wonosari, terdapat tiga kelompok seniman, tapi kondisi keuangan membuat mereka sulit untuk membeli seperangkat gamelan.

Mardiyono menjelaskan sejak ada bantuan geliat kesenian lokal tak hanya gamelan, tapi juga wayang kulit, jathilan hingga topeng ireng semarak kembali.

Bahkan, kata dia, anak-anak sekolah dasar pun mulai tertarik untuk bermain gamelan. Modal seperti ini, kata dia, diharapkan bisa semakin menarik para wisatawan untuk datang ke desanya yang dikenal memiliki tradisi seperti “nyadran” dan “merti bumi”.

Bantuan gamelan serupa juga pernah diterima oleh Desa Sriombo, Kabupaten Rembang. Dengan Bantuan Keuangan Provinsi, mereka memesan seperangkat gamelan bernada Slendro di Sukoharjo, Jateng. Sentra kerajinan gamelan Jawa terletak di Desa Wirun, Kecamatan Mojolaban, Sukoharjo. Ini menjadi satu-satunya sentra kerajinan gamelan di dunia, tulis Solopos.com.

Perlu diketahui, pada 15 Desember 2021, sidang UNESCO di Paris, Prancis memasukkan gamelan ke dalam daftar Intangible Cultural Heritage alias Warisan Budaya Takbenda. Gamelan masuk sebagai WBTB dari Indonesia ke-12.

Capaian itu tak akan berhasil, kata Mendikbudristek Nadiem Makarim, tanpa gotong royong dari para pelaku budaya tradisional, khususnya pegiat gamelan yang terus melestarikan kebudayaan Nusantara.

Dan, salah satu sumbangsih nguri-uri (melestarikan) gamelan Jawa, seperti yang disinggung Mendikbudristek, justru telah dilakukan Ganjar sejak dirinya menjabat sebagai guberur yaitu dengan “menggamelankan” desa-desa.

Pemerintah Provinsi Jawa Tengah sejak 2014 hingga Maret 2022 telah mengirimkan bantuan gamelan ke 110 desa.

Bantuan tiap desa berbeda-beda, tapi dalam kisaran antara Rp75 juta hingga Rp200 juta.

Gamelan diduga telah ada di Jawa sejak 404 Masehi. Ini tercermin dari penggambaran di relief Candi Borobudur dan Candi Prambanan. Selain sebagai pertunjukan seni, ternyata gamelan juga telah lama dimanfaatkan sebagai aset diplomasi.

Meski tidak secara spesifik menyinggung gamelan, diplomasi seni budaya itu dipertunjukkan oleh Duta Besar Ukraina untuk RI Vasyl Hamianin ketika bertandang ke Jateng pada akhir 2021. Ia kagum dengan budaya dan seni tradisional Jawa.

“Kami orang Ukraina tahu bahwa Jawa Tengah adalah jantung dan jiwa Indonesia,” ujarnya saat bertemu Ganjar Pranowo, dikutip dari Ngopibareng.id.

Di Ukraina, banyak buku tentang budaya dan sastra Indonesia, seperti Joyoboyo, Ronggowarsito, dan buku-buku sejarah lain.

Bukan rahasia umum bahwa banyak orang luar manca justru sangat kepincut dengan seni tradisional Indonesia.

Cara Ganjar mengirimi gamelan, adalah selain bentuk tresno (cinta), sekaligus wujud nyata penyelamatan aset bangsa; langsung ke bagian hulu, yaitu desa, di mana gamelan-gamelan itu dicintai masyarakat, bahkan diugemi (diyakini) oleh sebagian kalangan.[] AN