Terbit
9/8/2023
Diperbarui
9/8/2023

Ganjar Pranowo Ajak PSMTI Rawat Kerukunan Indonesia

Ganjar mengatakan kerukunan yang selama ini terjaga harus terus dirawat tanpa membeda-bedakan.
dok.ist

SEMARANG - Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo berharap Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia ( PSMTI ) terus berkontribusi dalam merawat Indonesia. Sebab, kontribusi etnis Tionghoa tak bisa dilepaskan dari sejarah bangsa Indonesia.

Hal itu disampaikan Ganjar usai menghadiri pelantikan Ketua PSMTI Jawa Tengah Bambang Wuragil di Hotel Padma, Semarang, Selasa (8/8/2023) malam. Dalam acara itu, hadir juga Ketua Dewan Kehormatan PSMTI Pusat sekaligus Ketua Umum Partai Perindo Hary Tanoesoedibjo dan Ketua Umum PSMTI Wilianto Tanta.

Dalam sambutannya, Ganjar menyebutkan dua tokoh Tionghoa yang memiliki peranan kuat dalam perjuangan merebut kemerdekaan Indonesia adalah Laksamana Muda TNI John Lie atau juga dikenal sebagai Jahja Daniel Dharma dan Yap Tjwan Bing yang menjadi anggota Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).

"Sejak Indonesia lahir mereka sudah banyak berperan juga. Hanya mungkin tidak terlalu populer saja. Makanya tadi saya ingatkan dan kaget dengan nama-namanya," ucap bakal calon presiden (capres) Partai Perindo ini.

Ganjar juga senang dengan semangat merawat Indonesia yang digelorakan oleh PSMTI selama berorganisasi. Aksi-aksinya kuat di bidang sosial, budaya, dan pendidikan.

"Saya senang dari pemimpinnya menyampaikan bagaimana kita merawat Indonesia. Itu menurut saya sesuatu yang penting, sehingga nilai-nilai inilah yang mesti kita kawal terus menerus," katanya.

Ganjar mengatakan kerukunan yang selama ini terjaga harus terus dirawat tanpa membeda-bedakan. Untuk merawatnya, Indonesia sudah memiliki landasan kuat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yaitu Pancasila.

"Merawat Indonesia, menurut saya itu sesuatu yang penting sehingga nilai-nilai inilah yang mesti kita kawal terus-menerus agar sesama anak bangsa rukun tanpa membeda-bedakan sukunya, agamanya, rasnya," kata Ganjar usai acara.

Gubernur Jateng dua periode itu juga memberikan contoh bagaimana perbedaan suku, ras, dan agama itu tidak menghalangi kehidupan bernegara dan berkemanusiaan. Ia bercerita bagaimana di Lasem, Jawa Tengah, pernah menjadi kota pelabuhan besar dan pernah ada perdagangan saham di sana.

Menurut Ganjar, satu hal yang menarik di Lasem adalah bagaimana kehidupan antarwarga yang berbeda etnis. Bahkan hal itu masih bertahan sampai saat ini. Ketika ada acara, ada yang berpartisipasi menyumbang makanan dan minuman, bahkan menyumbang barongsai.

"Itu juga muncul di batiknya. Jawanya ada, Arabnya ada, khas Tiongkoknya ada. Dinamis dan menarik. Negara harus bisa merawat itu. Begitu ada orang yang mengganggu, kita harus bersuara," ungkapnya.

Seperti diketahui, PSMTI merupakan organisasi etnis Tionghoa terbesar di Indonesia. Berusia 25 tahun, PSMTI tersebar di 32 provinsi dan 300 kabupaten kota dengan jumlah pengurus lebih dari 600.000 orang.