Terbit
22/10/2022
Diperbarui
22/10/2022

Geliatkan Ekonomi Warga dengan Pengembangan Desa Wisata

Pada 2019, terhitung hanya ada 247 desa wisata yang tersebar di 35 kabupaten/kota di Jawa Tengah. Angka itu langsung meroket hingga sekarang jadi 818 desa wisata.
Umbul Ponggok, salah satu potensi wisata di Desa Ponggok. Sumber foto: Detikcom.

Desa wisata yang mampu memutar perekonomian di tingkat bawah, terus dikembangkan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo. Meski sempat lesu gara-gara diterjang badai pandemi Covid-19, geliat desa wisata langsung menanjak usai PPKM tak lagi diberlakukan.

Pada 2019, terhitung hanya ada 247 desa wisata yang tersebar di 35 kabupaten/kota di Jawa Tengah. Angka itu langsung meroket hingga sekarang jadi 818 desa wisata.

Pertumbuhan desa wisata di Jawa Tengah ini tidak lepas dari keseriusan Ganjar Pranowo dalam menggerakkan kesadaran masyarakat dalam mengangkat potensi wisata di daerah masing-masing.

Ganjar pun menghadirkan pemerintah untuk melakulan pendampingan pengembangan desa wsata. Seperti  pelatihan mengenai penciptaan produk, diversifikasi dan inovasi produk, tata kelola dan manajemen.

Ada juga pembinaan kewirausahaan terdiri pembuatan paket wisata, digital marketing, dan kewirausahaan. Termasuk peningkatan kapasitas SDM dan lelembagaan, penguatan event, hingga fasilitasi event di desa wisata.

Desa wisata semakin menggeliat dengan bantuan anggaran. Di antaranya pemberian dana stimulan melalui mekanisme bantuan keuangan (Bankeu) kepada pemerintah desa.

Pada 2020 lalu, Ganjar menganggarkan bantuan untuk desa wisata berupa bantuan keuangan yang diberikan kepada pemerintah desa sebesar Rp 18,5 miliar untuk 100 desa wisata yang sedang berkembang.

Kemudian pada 2021 kemarin, Ganjar meningkatkan anggata menjadi Rp 32 miliar untuk 260 desa. Sementara pada 2022 ini, Ganjar fokus mengembangkan 131 desa wisata. Besaran bantuan yang diberikan Ganjar beragam. Yakni Rp 1 miliar untuk desa wisata maju, Rp 500 juta untuk desa berkembang, dan Rp 100 juta untuk desa wisata rintisan.

"Bantuan keuangan yang kami berikan kepada desa-desa yang kemudian dikembangkan untuk desa wisata ternyata hasilnya bagus sehingga potensi desanya bisa dikembangkan," ujar Ganjar dilansir dari JPNN (https://www.jpnn.com/news/ganjar-pembangunan-desa-wisata-demi-kembangkan-ekonomi-daerah).

Salah satu desa wisata di Jawa Tengah yang sukses adalah Umbul Ponggok. Wisata di Desa Ponggok, Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten ini mampu mengangkat warga sekitar dari kemiskinan.

Sebanyak 430 warga menjadi investor objek wisata yang kini diekelola BUMDes ini. Mereka sudah menanam investasi sejak BUMDes Tirta Mandiri didirikan pada akhir 2009.

Nilai investasinya sekitar Rp 5 juta per keluarga. Adapun bagi hasil yang diperoleh berkisar 7-15 persen per bulan.

Dari hasil penjualan tiket dan penyewaan peranti selam air dangkal (snorkeling), pendapatan dari Umbul Ponggok berkisar Rp 500 juta per bulan. Saat musim libur Lebaran, bisa mencapai Rp 1 miliar.

Dari investasi ini pendapatan per kapita warga di Ponggok saat ini berkisar Rp 1,5- 2 juta. Para ibu rumah tangga yang semula pengangguran kini turut diberdayakan dengan usaha olahan perikanan.

Kesuksesan ini mengantarkan Umbul Ponggok terpilih sebagai desa wisata terbaik di Indonesia untuk kategori pemberdayaan masyarakat.

Selain warga, sejumlah lembaga di Desa Ponggok juga turut berinvestasi di BUMDes Tirta Mandiri. “Tiap RW berinvestasi masing-masing Rp 50 juta, PKK Rp 100 juta, PAUD/TK juga berinvestasi Rp 25 juta,” ujar Direktur BUMDes Tirta Mandiri Joko Winarno dikutip dari Tempo (https://nasional.tempo.co/read/876100/ponggok-jadi-desa-wisata-terbaik-ratusan-warganya-jadi-investor).

Dengan turut berinvestasi, PAUD/TK di Desa Ponggok setiap bulan punya kas Rp 2,5 juta untuk menunjang kegiatan belajar mengajar.