Terbit
5/10/2022
Diperbarui
5/10/2022

Jalan Panjang Bedah Rumah di Jateng

Mempercepat renovasi RTLH bukan melulu soal anggaran. Sebab yang tak kalah penting adalah kemauan seorang pemimpin, seberapa besarkah ia ingin melihat kondisi masyarakatnya jauh lebih baik.
Seorang petani bernama Tarno di Kabupaten Pekalongan saat menerima bantuan rehab rumah dari Gubernur Jateng Ganjar Pranowo. Sumberfoto Liputan6

Gerakan renovasi rumah tak layak huni (RTLH) atau bedah rumah di Jateng telah menempuh perjalanan panjang hingga bisa dirasakan manfaatnya sampai sekarang. Program sosial Gubernur Ganjar Pranowo itu juga tidak lepas dari rintangan yang mesti dilewati.

Bayangkan saja, program tersebut ditargetkan bisa merenovasi rumah sebanyak 1.582.024 unit selama kepemimpinannya. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Pemprov Jateng bahkan dipastikan bakal terseok untuk memenuhinya.

Tapi ternyata Ganjar bisa merealisasikan. Ia punya banyak cara dan gebrakan demi kesejahteraan warganya. Beban anggaran program bedah rumah disebar dengan menggandeng berbagai pihak.

Ganjar kemudian mendapat dukungan dari pemerintah pusat dengan menggelontorkan APBN untuk mengeroyok renovasi RTLH di Jateng. CSR dari para pengusaha, filantropi, dan Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) pun digandengnya.

"Kita tak mungkin hanya mengandalkan APBD, kerja sama dengan pihak lain seperti Baznas ini sangat bagus untuk mengungkit lebih cepat. Nanti kita akan galakkan lagi kerja sama dengan kabupaten/kota, TNI/Polri, kampus, perusahaan, BUMD, BUMN, dan lainnya agar lebih cepat," kata Ganjar seperti dilansir dari Antara

Awalnya, Ganjar membayangkan mencicil rata-rata 100 ribu unit RTLH per tahun untuk menyelesaikan targetnya. Pada 2019, rupanya banyak pihak yang ingin berpartisipasi dalam program RTLH di Jateng. Anggaran yang terkumpul pun mampu menyelesaikan sekitar 102 ribu RTLH per tahun.
Hingga 2020, tinggal 827.009 unit RTLH yang perlu diselesaikan. Pada tahun 2021, Ganjar mampu merealisasikan perbaikan RTLH hingga 98 persen dari target yang dibidik.

Sementara di tahun 2022 ini, RTLH masih berlanjut. Bedah rumah itu bahkan terus dikebut, terutama di 19 daerah yang masuk dalam kategori Penanganan Kemiskinan Ekstrem (PKE).

Seorang buruh tani di Kabupaten Pekalongan, Tarno, merupakan salah satu warga yang merasakan betul manfaat program ini. Ia sebelumnya tinggal sendirian di rumah yang masih berdinding papan, berlantai tanah, dan hanya memiliki satu kamar tidur. Tak hanya itu, rumahnya bahkan tidak memiliki kamar mandi.

Pendapatannya yang tak menentu sebagai buruh tani, sulit bagi Tarno untuk bisa merenovasi rumahnya sendiri. Namun kini persoalan itu selesai. Ia sekarang telah menempati rumah barunya yang jauh lebih bersih dan nyaman.

Mempercepat renovasi RTLH rupanya tidak melulu terkait anggaran. Sebab yang tak kalah penting adalah kemauan seorang pemimpin, seberapa besarkah ia ingin melihat kondisi masyarakatnya jauh lebih baik.

Agar program ini bisa cepat rampung, Ganjar juga mengajak warga untuk ikut gotong royong. Ia meminta warga sekitar yang diberi bantuan RTLH untuk membantu percepatan renovasi rumah. Dengan sengkuyung rasa persaudaraan dan saling peduli akan semakin terpupuk. Semua bahu membahu demi kemajuan dan kebaikan bersama. Dengan semangat gotong royong juga mampu menciptakan keharmonisan antar sesama.

Selain bedah rumah, Ganjar juga menggagas beragam bantuan terkait hunian tempat tinggal warga. Sebut saja misalnya Tuku Lemah Oleh Umah, sebuah bantuan yang menyasar kelompok, yang mana masyarakat hanya perlu memiliki tanah sedangkan bangunannya dibantu Pemprov Jateng. Program-program tersebut bertujuan mengejar target agar kesejahteraan masyarakat di Jateng bisa terus meningkat.