Terbit
1/7/2022
Diperbarui
13/8/2022

Jemput Bola Menarik Investasi di Jawa Tengah

Pada 2021, kerja keras Gubernur Ganjar menggenjot investasi lagi-lagi membuahkan penghargaan dari BKPM.
Ilustrasi. Bundaran Tugu Muda di Kota Semarang, Jawa Tengah. Foto: Kompas.com/Barry Kusuma

SALAH satu faktor pendorong pertumbuhan ekonomi suatu daerah adalah peningkatan investasi. Jika investasi tumbuh, peluang kerja bagi masyarakat juga terbuka lebar.

Masalahnya, para pemilik modal juga pilih-pilih tempat untuk membuka sebuah usaha. Jangan sampai uang yang telah dikeluarkan berujung rugi.

Menyadari hal itu, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo melakukan sejumlah upaya untuk menarik investor menanamkan modal di daerahnya. Pendek kata, calon investor dalam dan luar negeri harus dipermudah agar tertarik.

Selain menyederhanakan birokrasi perizinan, menutup celah terjadinya pungutan liar, menyiapkan infrastruktur pendukung, Ganjar juga melakukan upaya jemput bola.

Caranya, dengan menawarkan aneka peluang investasi langsung kepada calon investor. Promosi pun digencarkan. Saban tahun digelar sebuah forum yang mempertemukan para pelaku bisnis dengan kepala daerah kabupaten dan kota.

Namanya: Forum Bisnis Investasi Jawa Tengah, dikenal juga dengan nama Central Java Investment Business Forum atau CJIBF.

Di forum inilah detail data dan informasi potensi daerah disajikan. Termasuk insentif yang ditawarkan, dan potensi dari Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kendal dan Kawasan Industri Terpadu Batang.

Jika ada calon investor yang masih ragu, dapat bertanya langsung kepada para bupati dan walikota yang hadir di even itu. Tak hanya di Jawa Tengah, forum itu digelar hingga ke Jakarta.

Pada 2021, karena masih dalam suasana pandemi Covid-19, CJIBF digelar secara hibrida di sebuah hotel di Semarang. Dipandu langsung oleh Gubernur Ganjar Pranowo, ada 265 peserta bergabung. Di antaranya, para calon investor dari 10 negara seperti Amerika Serikat, China, Australia, Jepang, Korea Selatan, Taiwan, Jerman, India, dan Spanyol.

Hasilnya, pada hari pertama saja, 26 calon investor dalam dan luar negeri yang menyatakan tertarik berinvestasi di Jawa Tengah. Proyeknya senilai Rp6 triliun.

Peluang yang ditawarkan antara lain dari sektor pariwisata dan industri, agribisnis, pertambangan dan energi, infrastruktur dan sektor properti, serta mempromosikan aset Pemerintah dan Swasta di Provinsi Jawa Tengah.

Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat total realisasi investasi di Jateng pada 2021 senilai Rp38,19 triliun. Itu artinya, ajang CJIBF menyumbang 15,7 persen dari total realisasi investasi.

Pada 2018 dan 2019, CJIBF digelar di Jakarta. “Tur investasi” itu dilakukan setelah terjadi lonjakan realisasi investasi pada 2016 yang mencapai Rp46,63 triliun, naik hampir dua kali lipat dibanding 2015 sebesar Rp26,041 triliun. Sedangkan pada 2017, realisasi investasi naik lagi menjadi Rp51,5 triliun, melampaui target semula Rp47 triliun.

Saat membuka CIJBF 2018 di Hotel Sahid Jakarta, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) yang saat itu dijabat Thomas Lembong, memuji melesatnya nilai investasi di Jawa Tengah.

Jawa Tengah dinobatkan sebagai provinsi terbaik nasional dalam pelayanan investasi.

Menurut dia, kondisi investasi di Jawa Tengah dalam lima tahun terakhir telah memukau pengusaha dan pemerintah pusat. Jawa Tengah yang sebelumnya menempati peringkat 11 nasional, melesat ke peringkat 4.

“Jawa Tengah yang dulunya selalu tumbuh di bawah ekonomi nasional sekarang pertumbuhannya di atas nasional, yakni sebesar 5,25 persen. Ini antara lain karena sektor manufaktur, agribisnis, pariwisata dan ekspor sangat meningkat,” kata Thomas Lembong saat itu dikutip dari Kompas.com.

Salah satu pengusaha yang hadir di CIJBF 2019 adalah Seo Jae Phil. Berasal dari Korea, dia adalah asisten direktur PT Handal Sukses, perusahaan yang berinvestasi di bisnis sepatu di Jepara.

“Sangat menyenangkan berinvestasi di Jawa Tengah. Kami sudah beberapa kali berinvestasi di sana karena ada banyak potensi, juga tersedia banyak pekerja untuk menjalankan bisnis ini,” katanya.

Karena itu, ia berencana menambah investasi di bisnis serupa untuk dikembangkan di Kabupaten Pati.

Pandangan senada juga datang dari Gery Julian, Direktur Pengembangan Proyek pada PT Akuo Energy Indonesia. Perusahaan yang sebelumnya telah berinvestasi di bidang pembangkit listrik tenaga bayu itu di Tegal itu, berencana menambah investasi di Brebes senilai Rp2 triliun.

Menurut Gery, selama berinvestasi di Jawa Tengah, dirinya mendapat dukungan yang sangat tinggi dari pemerintah setempat, baik dari pemerintah kabupaten maupun provinsi.

Saat membuka itu, Kepala BKPM Bahlil Lahadalia yang menggantikan Thomas Lembang mengatakan Jawa Tengah layak menjadi salah satu wilayah favorit bagi investor dalam dan luar negeri.

Salah satu alasannya karena pelayanan perizinan di Jawa Tengah menduduki peringkat pertama sebagai penyelenggara perizinan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) terbaik se-Indonesia dan meraih Investment Award 2018.

“Ini bukti bahwa pemerintah sudah support. Perizinan mudah menjadi modal utama dalam mengundang investasi,” kata Bahlil di acara CJIBF 2019 yang digelar di Jakarta, 5 November 2019.

Dalam acara itu, Pemprov Jawa Tengah menawarkan delapan proyek investasi, 21 peluang investasi prospektif, dan 16 investasi potensial di seluruh kota dan kabupaten di provinsi itu.

Pada 2019, realisasi investasi Jawa Tengah senilai Rp59,5 triliun berupa Penanaman Modal Asing (PMA) sebesar Rp40,85 triliun (1.983 proyek) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) senilai Rp18,65 triliun (3.799 proyek).

Hasil itu menempatkan Jawa Tengah pada urutan ketiga dalam realisasi investasi asing setelah DKI Jakarta dan Jawa Barat.

Untuk modal asing, negara yang terbanyak menanamkan modalnya tahun itu adalah Jepang (US$2.402 juta), disusul Korea Selatan (US$99,4 juta), Singapura (US$41,48 juta), Tiongkok (US$35,56 juta), dan Hongkong (US$33,03 juta).  

Yang tak kalah menggembirakan, investasi sebesar itu menyerap 114.743 tenaga kerja. Sebanyak 66.134  orang bekerja pada proyek PMA dan 48.609 orang pada proyek PMDN. Angka itu bertambah 1.860 orang atau 1,62 persen dibanding tahun 2018.

Pada 2020, di tengah mengganasnya pandemi Covid-19, forum investasi CJIBF digelar secara online dari sebuah hotel di Semarang. Tahun itu, realisasi investasi mencapai Rp50,24 triliun.

Capaian ini dua kali lipat dari target yang ditetapkan oleh BKPM senilai Rp24,89 triliun. Pandemi Covid-19 yang melanda dunia membuat realisasi PMA turun menjadi Rp19,63 triliun. Sedangkan PMDN naik menjadi Rp30,61 triliun. Ada pun jumlah tenaga kerja yang terserap mencapai 170.036 orang, meningkat dibanding tahun 2019 yang hanya 114.743 orang.

Pada 2021, kerja keras Gubernur Ganjar menggenjot investasi lagi-lagi membuahkan penghargaan dari Kementerian Investasi/BKPM. Jawa Tengah dinobatkan sebagai provinsi terbaik nasional dalam pelayanan investasi.

Penghargaan diserahkan langsung oleh Presiden Joko Widodo dalam acara Rakornas Investasi 2021 di Hotel Ritz Carlton, Jakarta, pada 24 November 2021.  

Presiden Jokowi menyatakan gembira terhadap kepala daerah yang berkomitmen mendatangkan investasi ke daerahnya. Sebab, kata Jokowi, invetasi adalah salah satu kunci percepatan pertumbuhan ekonomi dan bisa berdampak besar dalam berbagai sektor kehidupan lainnya.

“Investor itu dilayani dengan baik saja belum tentu mau, apalagi yang tidak dilayani. Oleh sebab itu, pola lama yang jadul harus ditinggalkan. Berikan layanan terbaik pada semua investor, baik yang kecil, sedang maupun besar. Semua harus dilayani dengan baik,” katanya.[] YAS