Terbit
25/5/2022
Diperbarui
13/8/2022

Kampus Biru (2): Gondes karena Senang Musik Rock

Rambutnya panjang melewati pundaknya yang kurus. Ia mengidolakan gitaris ternama Yngwie Malmsteen.
Ganjar sedang memberikan materi dasar penggunaan peralatan mountaineering (tali-temali) pada persiapan latihan dasar Majestic-55, 1990.

ENERGI musik rock tak luntur dalam diri Ganjar Pranowo ketika masuk dunia kampus. Justru, kegetolannya dengan musik-musik keras itu makin diekspresikannya. Memasuki semester kedua, ia membiarkan rambutnya tergerai panjang, gondrong bak anggota band rock asal Inggris, Led Zeppelin, yang sedang populer kala itu.

Rambutnya panjang melewati pundaknya yang kurus. “Dia kelompok rambut panjang, kelompok rambut gondrong ndeso gitulah, ‘gondes’. Gayanya kayak Yngwie Malmsteen, idolanya,” ujar Sugeng alias Jabrik, sahabat karib Ganjar selama kuliah di Fakultas Hukum UGM, saat ditemui di Jakarta, 21 Mei 2022.

Yngvie Johann Malmsteen adalah salah satu maestro gitar dunia dalam genre rock yang berasal dari Swedia. Salah satu lagu yang disukai Ganjar di tahun-tahun berikutnya, yaitu Save Our Love dari album Yngwie “Eclipse” yang dirilis pada 1990.

“Aku tahu dia tuh suka Yngvie. Save Over Love, lagu kesukaannya. Mungkin saat itu belum kesampaian pacaran, “ Jabrik tertawa menceritakan kisah tentang lagu itu.

...

There is no reason to pretend

Crying for help from above

We've got to save our love

Pertemanan Jabrik dengan Ganjar sudah seperti hubungan keluarga, mereka  erat dan hangat hingga Ganjar menjadi Gubernur Jawa Tengah. Ganjar yang sangat disayang oleh simboknya Jabrik—kini telah meninggal dunia—juga masih suka mengunjungi rumah bapaknya Jabrik di Yogya.

Di era 1980-an, rambut gondrong lazim di kalangan mahasiswa. Tak ada lagi aturan yang melarang atau razia rambut gondrong oleh pemerintah Orde Baru seperti  1970-an. Sebelumnya, pada 1972 melalui Pangkopkamtib Jenderal TNI Soemitro, pemerintah secara tertulis melarang anak-anak muda berambut gondrong. Mereka yang berambut gondrong dinilai “cenderung bersikap overschilling atau acuh tak acuh”.

Selama gondrong, Ganjar juga sesekali mendapat masalah, terutama dari orangtuanya. Ia hampir selalu kena teguran, terutama dari bapaknya, Parmudji Pramudi Wiryo, yang seorang polisi.

“Tiap pulang ke Kutoarjo kan selalu ditanyain sama bapak-ibunya, terutama bapaknya: ‘Kapan rambut mau dipotong?’ Dijawab Ganjar: besok, besok...,” tutur Jabrik.

Di Fakultas Hukum, saat itu ada sebuah grup band yang dibentuk oleh anak-anak angkatan 1988. Namanya Traktor. Grup band ini mengusung genre musik rock. Mereka biasa membawakan lagu-lagu milik Metallica.

Ganjar dan Jabrik termasuk bagian penggemar grup tersebut. Boleh dikata, mereka hampir selalu mendatangi di mana saja Traktor bermain. Traktor saat itu sering main dari kampus ke kampus. Grup ini juga suka tampil di Kagama Fair.

Rambutnya tergerai hingga ke pundak. Foto: arsip Jabrik

Meski suka musik rock, Ganjar bukanlah orang mengoleksi pakaian atau pernak-pernik band idolanya. Bagaimana mau mengoleksi barang-barang seperti itu, hidupnya saja pas-pasan.

“Kalau kaset sih ada, tapi dia beli di loak,” kata Jabrik. Yang paling sering dilakukan Ganjar ialah mendengarkan lagu-lagu dari radio. Kala itu, setiap Rabu malam ada program radio yang memutar lagu-lagu rock. Dari situlah, Ganjar menikmati raungan gitar dan pekikan vokalis band rock.

Kegemarannya pada musik bukan berarti Ganjar pandai bermain alat-alat musik. Ganjar sama sekali tidak bisa bermain gitar. “Enggak bisa dia (main gitar). Komputer saja, dia juga enggak bisa. Skripsinya dia kan yang ngetik adiknya, si Nur, pakai program komputer WordStar,” Jabrik terkekeh-kekeh menceritakan hal tu.

Sebagai penggemar rock, Ganjar sebetulnya juga pengin banget bisa menonton konser band rock papan atas, seperti Metallica (datang pertama kali ke Indonesia pada 1993). Keinginan lainnya, tentu saja, bergaya seperti rocker—berpakaian jeans Levi’s, lalu naik motor gede, dengan rambut gondrong yang tergerai. Jabrik tahu tentang hasrat itu. Namun, semuanya itu harus dipendam  oleh Ganjar dalam-dalam.

Menurut Jabrik, Ganjar termasuk orang tidak sampai hati harus bergaya seperti itu. Untuk bisa menonton konser Metallica saja, Ganjar menunggu waktu yang sangat lama, yaitu pada 25 Agustus 2013, setelah menjadi anggota DPR dan baru saja dilantik sebagai gubernur Jawa Tengah.

Cerita menonton konser Metallica itu masih diingat betul oleh Jabrik. “Waktu itu, dia dilantik sebagai gubernur pada hari Jumat, lalu Minggu malam, ia nonton konser. Senin paginya, dia sudah di rumah saya,” ujar Jabrik.

Saat berada di rumah Jabrik itulah, Ganjar bercerita bahwa dirinya baru saja nonton konser Metallica di Jakarta. Ia terbang ke Yogya karena ada rapat bersama Wakil Presiden Jusuf Kalla.

“Dia kepagian naik pesawat, lalu mampir ke tempat saya. Itu pertama kali mobil pelat nomor H 1 parkir di rumah saya,” kenang Jabrik. “Karena dulu sering ke rumah, jadi banyak yang sudah mengenalnya. Ada Pak Ganjar datang…”[] AN