Terbit
6/6/2022
Diperbarui
13/8/2022

Kepada Pemuda Indonesia

Saat ini pemuda telah jadi poros perputaran segala hal yang ada di dunia. Pemuda perlu ruang konsolidasi.
Foto: freepik.com
Ganjar Pranowo

DEMOKRASI ditandai dengan terbukanya akses informasi. Sementara teknologi, mempercepat lalu lintasnya. Di masa itulah generasi kalian lahir dan tumbuh berkembang. Generasi saya, cuma jadi saksi dan nge-follow gaya kalian.

Maka, catat, bahwa generasi kalianlah yang jadi penentu masa depan Indonesia bahkan dunia.

Mau diakui atau tidak, meski secara usia saya dilahirkan lebih dulu dibanding kalian, tapi untuk urusan teknologi dengan segenap perkembangannya, kalian lebih jago dibanding saya.

Apa yang teman-teman kuasai, belum tentu saya pahami. Apa yang teman-teman dalami, belum tentu saya ngerti. Tapi, orang-orang yang segenerasi dengan saya, lebih banyak menyaksikan masa serta segala macam perubahan yang ada.

Dari banyaknya masa dan perubahan yang disaksikan itulah, memungkinkan untuk melahirkan sebuah kebijaksanaan.

Jika melihat perkembangan terkini, terutama setelah pandemi. Rasa-rasanya pemuda memerlukan sebuah ruang konsolidasi.

Saat ini pemuda telah jadi poros perputaran segala hal yang ada di dunia. Perkembangan atau penemuan apa pun itu macamnya, ujung-ujungnya untuk menunjang kehidupan pemuda.

Walaupun pada mulanya temuan-temuan itu diperuntukkan bagi seluruh umat manusia, namun tidak bisa kita mungkiri, manusia di dunia telah terbagi menjadi dua. Yaitu manusia yang lahir di era manual, serta manusia yang dilahirkan pada era digital.

Manusia-manusia yang lahir di era manual, akan kewalahan untuk mengikuti segala macam perkembangan digital. Pasti kesusahan. Lantas siapa yang bisa menikmati dengan nyaman seluruh perkembangan itu? Ya kalian, para pemuda.

Jika kalian yang dijadikan poros segala perkembangan tidak solid, tidak ada semacam kebulatan tekad bersama, maka seluruh perkembangan itu akan melibas Anda. Anda yang akan dikuasai perkembangan, bukan perkembangan yang akan kalian kuasai.

Tentu kita semua tidak ingin jadi robot di antara perabot-perabot teknologi. Kita ini manusia, yang dibekali pikiran serta jiwa.

Teknologi bisa saja melahirkan kecerdasan-kecerdasan unpredictable, tapi untuk melahirkan jiwa? Sampai kapan pun tak akan pernah bisa.

Manusia-manusia dari belahan bumi yang lain telah bergerak menjelajah bulan dan angkasa, mereka telah berburu “Rare Eart Element”, telah menciptakan “Neuralink”, telah bersiap-siap bercocok tanam di mars.

Jika kita tidak bergerak bersama, tidak memadukan kekuatan antara pemuda dan tetua, selamanya kita akan jadi obyek bagi negara-negara di luaran sana. Apakah kita tidak ingin jadi negara adidaya?

Jika ingin, jika kita mau menjadi negara adidaya, siapkah kalian para pemuda untuk mengejar ketertinggalan 100 tahun perkembangan teknologi yang kita alami?

Ini memang tugas berat. Sangat. Tapi akan semakin berat nasib negara kita, jika kita tidak melakukan apa-apa.

Mari siapkan pengetahuan dan mental, jika selama ini kita cuma jadi objek, mulai hari ini kita bersiap-siap untuk mengirim arus balik ke bumi bagian lain. Karena itulah kodrat bangsa dan negara kita, Indonesia. Terima kasih.[]