Terbit
20/10/2022
Diperbarui
20/10/2022

Lahirkan Agen Antikorupsi di Kalangan Pelajar

Semangat anti korupsi harus dilakukan sejak dini. Sebab kalau sejak anak-anak mereka bisa menjadi agen korupsi, maka mereka akan saling mengingatkan satu sama lain
Sumber Foto: Pemprov Jateng

Salah satu yang juga banyak mendapat apresiasi dari pemerintahan Ganjar di Jawa Tengah adalah terwujudnya birokrasi yang bersih, cepat dan mudah.

Keseriusan Ganjar dalam menyingkirkan praktik korupsi memang bukan isapan jempol belaka. Sering kali ia mengingatkan jajarannya untuk menolak gratifikasi, setor menyetor, atau apapun istilah lainnya. Ganjar pun tak segan mencopot pejabat yang coba-coba berkhianat dengan rakyat.

Menurut Ganjar, perilaku korupsi dapat dilakukan oleh siapa saja. Namun, tindakan tak terpuji ini sebenarnya bisa dicegah dengan memberikan contoh yang baik dari tingkat teratas.

Pencegahan korupsi ini juga Ganjar terapkan di lingkungan para pelajar di Jateng. Salah satu upayanya dengan menelurkan Pergub No 10 Tahun 2019 tentang Implementasi Pendidikan Antikorupsi pada Juni 2019 silam.

Dengan Pergub ini, sekolah-sekolah di Jawa Tengah disisipi kurikulum pendidikan antikorupsi. Penerapan kurikulum ini mulai jenjang SD hingga SMA.

Dalam penerapanannya, Ganjar menggandeng forum guru dan Organisasi Sekolah Intrasiswa (OSIS). Baik materi klasik maupun praktik.

Ganjar menilai mengeluarkan regulasi antikorupsi di tingkat sekolah cukup penting untuk bekal para pelajar. Sebab sekolah menjadi wadah mencetak calon pemimpin di masa depan.

Sebanyak 367 sekolah saat itu sepakat menerapkan kurikulum Pendidikan Antikorupsi. 160 di antaranya SMA Negeri. Sekolah berbasis kurikulum antikorupsi ini mendapat pengawalan khusus dari KPK.

"Kita juga dorong perguruan tinggi untuk program KKN-nya tematik, bicara anti korupsi. Sosialisasi antikorupsi bisa ke sekolah, memasukkan ke kurikulum. Di TK misalnya dengan membuat permainan-permainan," kata Ganjar dilansir dari Bisnis.

Dengan adanya pendidikan antikorupsi sejak di bangku sekolah, peserta didik memiliki jiwa antikorupsi yang akan menjadi benteng kelak ketika mereka dewasa ataupun menjaga pejabat untuk tidak melakukan korupsi. 

Pendidikan antikorupsi juga yang kemudian melahirkan agen-agen antikorupsi di kalangan pelajar. Para pelajar tersebut memberikan kontribusinya untuk ikut mengawasi dan melaporkan indikasi temuan korupsi di tempatnya masing-masing.

Para agen antikorupsi juga berikrar, di antaranya mereka siap mengembangkan sikap kejujuran, menyosialisasikan gerakan antikorupsi di lingkungan pertemanan, sekolah, maupun pertemanan. Mereka juga akan mengawasi setiap idikasi korupsi dan melaporkan temuannya langsung ke Gubernur Ganjar Pranowo.

Ganjar menilai, semangat antikorupsi harus dilakukan sejak dini. Sebab kalau sejak anak-anak mereka bisa menjadi agen korupsi, maka mereka akan saling mengingatkan satu sama lain. Tindakan itu bisa diasah dengan hal-hal sederhana dari sikap jujur, tidak menyontek, tidak bolos sekolah dan sebagainya.

"Harapan kita kelak anak-anak terbiasa dengan gaya hidup yang bersih, baik di pikiran maupun perbuatan," ujar Ganjar mengapresiasi semangat anak-anak dalam melawan praktik korupsi.