Makna Demokrasi bagi Generasi Penerus Bangsa

”BERI aku 1.000 orang tua, niscaya akan kucabut Semeru dari akarnya. Beriaku 10 pemuda, niscaya akan kuguncang dunia.”

Itulah spirit yang pernah digelorakan Bung Karno untuk orang muda. Legacy yang sarat makna untuk mendorong generasi penerus terlibat aktif dalam memajukan bangsa dan negara.

Semangat dan optimisme Bung Karno tersebut harus menjadi inspirasi bagi generasi muda untuk membangun bangsa. Di banyak kesempatan, tak kurang dari Ganjar Pranowo kerap menyatakan, semangat dan optimisme Bung Karno itu masih sangat relevan untuk menghadapi tantangan globalisasi saat ini.

Ganjar menyadari generasi muda adalah kader yang akan memimpin bangsa Indonesia pada masa datang. Di tangan orang muda, tongkat estafet kepemimpinan bangsa Indonesia akan diserahkan. Merekalah yang akan melanjutkan dan menentukan arah bangsa Indonesia agar menjadi negara yang beradab, lebih maju,dan berdaya saing.

Sejarah mencatat begitu banyak peran generasi muda dalam guliran perjalanan bangsa. Generasi muda selalu memegang peran penting, bahkan revolusioner. Mereka berjuang dan tercatat melakukan pekerjaan vital di banyak momen penting.

Peran generasi muda tak pernah berakhir. Soalnya adalah bagaimana peranitu dimainkan agar sejalan dengan cita-cita pendiri republik. Agar sesuai dengan suara hati rakyat bahwa Indonesia tetap aman dan menjadi negara yang disegani. Seperti diharapkan Bung Karno lewat tiga wasiatnya: berdaulat dalam politik, berdikari di bidang ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan.  

Dalam sebuah peringatan Hari Sumpah Pemuda, Ganjar Pranowo mengingatkan, saat ini di belahan dunia telah lahir generasi muda yang memiliki pola pikir serba cepat, serba instan, lintas batas, cenderung individualistik, dan gramatik.

Canggihnya ilmu pengetahuan dan teknologi serta mudahnya akses terhadap media sosial, telah menjelma menjadi tempat favorit berkumpulnya anak-anak muda lintas negara, lintas budaya, dan lintas agama. Interaksi mereka di media sosial pun berjalan real time 24 jam. Di sinilah, menurut Ganjar, dibutuhkan peran pemuda yang dapat bersaing dalam bentuk apa pun–tentunya dalam hal yang positif.

Ganjar menjelaskan, tantangan generasi muda tidak lagi harus bertahan dan menghadapi dampak negatif dari modernisasi dan globalisasi. Generasi muda harus mampu memberikan warna untuk mengubah dunia dengan tekad dan semangat. Oleh karenanya, generasi muda harus mempunyai karakter kuat untuk membangun bangsa dan negara.

Generasi muda juga mesti memiliki kepribadian tinggi, semangat nasionalisme, berdaya saing, mampu memahami pengetahuan dan teknologi untuk bersaing secara global. Generasi muda juga perlu memperhatikan bahwa mereka mempunyai fungsi sebagai agent of change, moral force, dan social control sehingga fungsi-fungsi tersebut dapat berguna bagi masyarakat.

Lebih jauh, peran generasi muda sangat dibutuhkan mengingat begitu banyak persoalan yang muncul di hadapan kita. Seperti ancaman disintegrasi bangsa, menguatnya isu radikalisme dan terorisme, semakin suramnya toleransi dan kebebasan beragama hingga meningkatnya informasi palsu (hoaks) di media sosial.

Ancaman disintegrasi bangsa merupakan realitas sekaligus peringatan terhadap keutuhan bangsa. Sedemikian kuat ancaman itu, saat ini kita bahkan bisa memprediksi seperti apa wajah Indonesia mendatang. Apakah akan tetap utuh dan berada dalam satu kesatuan sebagai bangsa dengan beraneka ragam budaya yang memiliki 1.340 suku, 652 bahasa, dan tinggal menyebar di 17.491 pulau?

Tugas dan tanggung jawab orang muda sebagai generasi penerus tentu berat jika dilakukan sendiri-sendiri. Mereka perlu berkolaborasi, bekerja sama, bergotong-royong melalui ide, kreativitas dan karya pengabdian yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Hanya dengan kebersamaan dan bersatu padu, Indonesia akan siap menghadapi tantangan dan tumbuh menjadi bangsa yang semakin kuat dan bermartabat.[]

‍