Terbit
18/4/2022
Diperbarui
17/8/2022

Masa Putih Abu (2): “Banteng, Banteng…Nyeruduk!”

Ganjar membentuk Klub Mberik. Klub ini di masanya cukup populer di kalangan siswa SMA 1 BOPKRI Yogyakarta.
Ganjar Pranowo sewaktu sekolah di SMA 1 BOPKRI Yogyajarta. | Foto: Akun Facebook R Hidayat

SEJAK sekolah dasar hingga sekolah menengah atas, Ganjar Pranowo memiliki kawan-kawan akrab. Di SMA 1 BOPKRI Yogyakarta, ia malah membentuk sebuah klub bernama “Mberik”.

Cerita tentang klub tersebut bermula dari kegiatan Praja Muda Karana atau Pramuka. Ganjar memang menyukai aktivitas ekstrakurikuler ini sejak SMP. Ia paling jago di bidang tali-temali.

Waktu itu, dia masih kelas satu dan harus mengikuti Perkemahan Sabtu Minggu (Persami). Dari situlah, lima sekawan, Ganjar, Andi, Aan, Indra, dan Edi makin terjalin akrab. Ganjar ditunjuk sebagai ketua regu.

Ganjar dan kawan-kawan menyepakati regu mereka bernama “Banteng”. Tampaknya ini sebuah kebetulan yang telah “tertulis” oleh Tuhan, bahwa Ganjar bakal berdekatan dengan “banteng” di kehidupan selanjutnya. Nama “banteng” identik dengan Partai Demokrasi Indonesia kala itu. Pada Pemilu 1999, partai yang berubah nama menjadi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan inilah yang membesarkan Ganjar seperti saat ini.

Ganjar membagi tugas kepada para anggotanya. Semua peralatan telah lengkap, tapi satu hal yang belum ada yaitu yel-yel. Tugas bikin yel-yel ini akhirnya dipasrahkan kepada Edi. Lahirlah lirik yel-yel yang disepakati, seperti berikut ini:

Regu…regu banteng

Anaknya ganteng semua

Lainnya lari saja pergi sana

Regu banteng

Paling beken

Regu banteng

Paling keren

Banteng…nyeruduk!

Banteng…nyeruduk!

Ganjar pun meminta para anggotanya untuk kompak dan fasih saat menyanyikan yel-yel. Untuk menarik perhatian kakak pembina dan mendapatkan nilai kekompakan, Ganjar memiliki strategi khusus. Bisa dibilang ini ide gila Ganjar.

Ganjar menyiapkan regu Banteng berbaris sejak depan kelas hingga lapangan. Tak lupa, sambil berjalan bersama, mereka meneriakkan yel-yel yang telah dibuat.

“Sontak semua mata tertuju kepada regu kami yang memang bernyanyi dengan suara kencang,” ujar Ganjar, seperti digambarkan dalam novel “Anak Negeri: Kisah Masa Kecil Ganjar Pranowo” karya Gatotkoco Suroso.

Dalam persami itu, regu Banteng menunjukkan tajinya. Mereka menang sebagai regu tercepat dalam menyelesaikan simpul tali yang dilombakan. Ganjar-lah yang menjadi penentu dalam lomba ini. “Aku menunjukkan bakat yang sudah lumayan lama tidak aku lakukan,” ceritanya.

Di saat akhir kegiatan, semua regu Pramuka dikumpulkan. Inilah waktu yang paling mendebarkan, siapa yang bakal menjadi juara. Dan, regu Banteng disebutkan sebagai regu terfavorit dengan hadiah satu kardus makanan ringan.

Kemenangan itu membuat nama mereka tenar di sekolah, menjadi buah bibir siswa-siswa. Dari obrolan di sebuah siang di perpustakaan sekolah, Andi mengajukan usul agar membentuk sebuah klub. Ganjar dan lainnya setuju dengan usulan itu asalkan untuk kebaikan.

“Kita buat klub ini sebagai wadah penyambung tali persaudaraan dan sarana untuk berkreasi,” kata Ganjar. Klub mereka mulai dikenal luas di sekolah. Mereka dikenal sebagai “Klub Mberik”.

Popularitas klub tersebut memang nyata. Pernah suatu kali Ganjar dimintai tolong temannya, Indra dan Andi, untuk mengenalkan mereka dengan adik tingkat. Kebetulan Ganjar kenal dengan “bulan purnama” yang diincar oleh kedua temannya itu. Saat dikenalkan oleh Ganjar, gadis cantik itu sudah tahu tentang mereka. “Semua anak BOPKRI 1 sudah kenal mereka kok, Mas. Siapa yang tidak kenal Klub Mberik?” tutur gadis kelas satu itu di depan Ganjar, Andi, Indra.

Di masa-masa SMA itu, bibit aktivis dan berpolitik Ganjar juga mulai sedikit bertunas. Setidaknya ini dirasakan Ganjar ketika melihat sebuah unjuk rasa . Kala itu, ia melihatnya sepulang dari membeli kaset bersama Marsangap Siahaan di Popeye, toko kaset terkenal di Yogya.

“Di depan sebuah kampus terjadi unjuk rasa…banyak poster yang mereka bentangkan. Satu per satu terlihat mereka berjalan keluar kampus dengan formasi rapi. Aku dan Sangap hanya bisa melihat dengan rasa kagum serta membayangkan apabila suatu saat bisa seperti mereka,” tutur Ganjar yang diceritakan dalam novelnya Suroso.

Dari Mbak Ika pulalah, wejangan-wejangan tentang organisasi dan lainnya juga didapat Ganjar. Ia diperbolehkan ikut-ikut kegiatan atau perkumpulan asalkan yang positif. “Bergaullah dengan banyak orang agar nanti bisa membuat dapat wawasan dan ilmu sosial yang mumpuni,” pesan Mbak Ika.

Karena kecintaannya di dunia ilmu sosial, saat kelas tiga Ganjar memilih jurusan IPS. Ia ingin masuk Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, seperti kakak keduanya, Mas Budi (Pri Pambudi Teguh) yang juga alumnus FH UGM.[]AS