Terbit
12/4/2022
Diperbarui
13/8/2022

Tegas Memerangi Radikalisme dan Terorisme

Menangkal radikalisme dan terorisme bukan pekerjaan mudah. Perlu ketegasan dan konsistensi dalam melakukannya.
Ilustrasi. Foto: Unsplash

SIKAP Ganjar Pranowo jelas dan tegas, yaitu perangi radikalisme dan terorisme.

Prinsip itu bukan tentang sentimen keagamaan, tapi ini tentang konsensus yang telah disepakati oleh founding father Republik, agar negara ini tidak dicemari paham yang berpotensi merobek kebhinekaan.

Ruang yang bisa dimasuki paham itu sangat bermacam, mulai dari ruang hidup masyarakat di lingkungan rumah, di perusahaan, sekolah bahkan di ruang pemerintahan. Karena luasnya penyebaran paham itu, dengan telaten ruang pergerakan itu Ganjar bereskan satu per satu. Setiap ruang Ganjar punya cara dan konsep penyelesaian yang berbeda.

Di ruang lingkup masyarakat, hampir seluruh program kemasyarakatan yang dia keluarkan menggunakan basis gotong royong. Bantuan renovasi Rumah Tidak Layak Huni, satu OPD satu desa, bantuan modal dan pengembangan usaha dan lain sebagainya.

Dengan cara itu Ganjar secara langsung mengajak masyarakat untuk mengamalkan Pancasila. Dibanding melakukan sosialisasi atau kampanye antiradikalisme dan terorisme, Ganjar lebih memilih cara yang lebih halus agar pikiran masyarakat tidak terbebani dengan istilah maupun gerakan pemberantasannya.

Cara yang dipakai sederhana saja, datangi tetanggamu yang tidak pernah bergaul, tanyai setiap pendatang baru apa pekerjaan dan kegiatannya. Gerakan dari masyarakat itu sekaligus jadi benteng di level paling bawah.

Untuk para Aparatur Sipil Negara (ASN) Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, termasuk para kepala sekolah SMA Negeri sederajat, Ganjar langsung menyodorkan surat pakta integritas yang wajib mereka tanda tangani.

Isinya? Setia kepada Pancasila, UUD '45, Bhinneka Tunggal Ika dan NKRI serta tidak berafiliasi dengan organisasi terlarang.

Bahkan, Ganjar tak segan mencopot siapa pun yang terindikasi terlibat radikalisme. Bukan omong kosong, setidaknya ada tujuh guru penjabat kepala sekolah yang dibina karena terindikasi radikalisme.

Pembinaan tersebut tentu langkah awal sebelum sanksi copot dari jabatan diberikan. Sampai kapan pun Ganjar tidak akan mentoleransi bibit radikalisme dan terorisme berkembang di sekolah.

Dari situlah Ganjar juga mengamankan pikiran dan hati pelajar di Jateng. Salah satu caranya adalah dengan menerapkan sistem kurikulum antiradikalisme. bahkan saking gemasnya, dirinya sampai turun gunung sendiri melalui program "Gubernur Mengajar".

Dari ruang itulah Ganjar bisa berinteraksi langsung dengan pelajar tanpa tedheng aling-aling. Konsepnya Ganjar berkisah, lalu dilanjutkan sesi tanya jawab. Dari sesi itulah kebanyakan pertanyaan dan persoalan yang disampaikan.

Saat berkisah itulah Ganjar menyelipkan atau bahkan menjadikan tema kebangsaan sebagai pokok bahasan. Dengan penguatan pemahaman terhadap siswa soal kebangsaan, Ganjar berharap ada pengawasan yang dilakukan oleh siswa. Dengan demikian, para siswa tidak bisa abai terhadap apa pun yang berkembang di sekolahannya.

Ganjar juga menggandeng eks narapidana terorisme untuk menyuarakan deradikalisasi kepada masyarakat. Melalui eks napiter yang telah reintegrasi ke masyarakat, Ganjar mengajak mereka untuk sosialisasi bahayanya paham radikal.

Para eks napiter diajak berdialog, bagaimana keterlibatan mereka hingga akhirnya kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi. Sri Pujimulyo Siswanto, Jack Harun, Mahmudi alias Yusuf dan beberapa nama lain adalah eks napiter yang diajak Ganjar untuk nyengkuyung bareng upaya deradikalisasi. Dengan mereka pula, Ganjar turut serta pada pembuatan film The Mentors tentang kisah para eks napiter.

Bagi Ganjar, menangkal radikalisme mesti dilakukan secara kuratif. Memberikan pemahaman bahaya dan dampak, memberi pemahaman ajaran agama yang benar, dan menanamkan kembali pentingnya toleransi.

Menangkal radikalisme dan terorisme bukan pekerjaan mudah. Perlu ketegasan dan konsistensi dalam melakukannya. Untuk itu pula, Ganjar Pranowo tidak pernah bosan terus mengingatkan dan memutar otak. Jangan menunggu korban berjatuhan. Selangkah demi selangkah demi terwujudnya keamanan dan masyarakat merasa aman.[]