Terbit
8/7/2022
Diperbarui
13/8/2022

Memoles Batang Menjadi Kawasan Investasi Modern

Diharapkan menyerap puluhan ribu tenaga kerja setempat. Korsel pun siap bantu meningkatkan mutu SDM lokal.
Foto: Antara/Kutnadi

INI yang harus disyukuri oleh warga Jawa Tengah, khususnya mereka yang tinggal di Kabupaten Batang. Sebuah proyek kawasan industri megah sedang dibangun di sisi utara kota kecil di pantura Jawa itu.

Daerah yang dilalui jalan tol Trans Jawa tersebut, dengan jembatan ikonik melengkung merah, Kalikutho, bakal menjadi tujuan investor-investor asing.

Batang sudah lama menjadi tuan rumah bagi industri tekstil kecil hingga kakap, seperti PT Primatexco, pabrik sarung Wadimor, juga terdapat pabrik kertas, pabrik mainan (diecast) hingga pembangkit listrik tenaga uap.

Tapi, kini Batang bakal bersolek lebih besar lagi. Sebagai wilayah yang strategis dari sisi ekonomi, dilewati jalur perdagangan nasional (jalur pantura), Batang juga memiliki potensi jalur laut dengan panjang pantai yang potensial dikembangkan sebagai pelabuhan kargo.

Keunggulan itulah yang kemudian ditangkap pemerintah untuk membangun Kawasan Industri Terpadu (KIT) Batang—bagian dari proyek strategis nasional yang dimulai 30 Juni 2020.

Investasi untuk proyek seluas 4,3 ribu hektare itu mencapai Rp13,34 triliun yang ditanggung APBN dan di bawah tanggung jawab Kementerian Perindustrian RI.

Ide awalnya ialah strategi mengambil peluang relokasi pabrik dari perusahaan-perusahaan Amerika Serikat akibat perang dagang dengan China sebelum pandemi Covid-19.

Presiden Joko Widodo mengatakan, sejumlah pabrik akan masuk, seperti pabrik baja, pipa, baterai listrik, keramik. "Semua industri raksasa akan di sini," ujarnya saat meninjau KIT Batang, pada 8 Juni 2022.

Konsep KIT Batang adalah investor hanya perlu membawa dana dan teknologi. Mereka tidak harus membeli tanah di kawasan tersebut. Makanya, rusun pekerja disiapkan oleh PT PT Pembangunan Perumahan (PP).

Proyek fisik sudah berjalan. Pengerjaan lahan industri tahap pertama seluas 450 ha berjalan sejak kuartal kedua 2021. Ditargetkan pada 2023 dan 2024 sudah selesai.

Rencana dari total 4,3 ribu ha akan dibagi dalam tiga klaster, antara lain klaster 1 seluas 3,1 ribu ha yang dialokasikan untuk industri, klaster 2 seluas 800 ha untuk inovasi, dan klaster 3 dengan 400 ha untuk residensial.

Tenaga kerja

Kawasan industri tersebut digadang-gadang bisa menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar. Dan, warga setempat lebih diprioritaskan untuk direkrut sebagai tenaga kerja.

Pada Juni kemarin, Kepala Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Batang Suprapto mengatakan, tiga pabrik yang baru saja groundbreaking diperkirakan bisa menyerap 10-15 ribu tenaga kerja.

“Kami berusaha mengutamakan warga daerah sendiri, karena ada regulasi dari Perbub Nomor 42/2021 yang mengutamakan warga Kabupaten Batang terserap di perusahaan KIT Batang,” ujarnya dikutip dari Merdeka.com, 11 Juni 2022.

Kesenjangan kompetensi tenaga kerja telah disadari oleh Gubernur Jateng Ganjar Pranowo. Karena perusahaan-perusahaan asing yang masuk tentu memberikan kriteria khusus untuk tenaga kerjanya.

Ganjar pun berkomitmen untuk menyediakan sumber daya manusia, salah satunya, mencetak mereka melalui sekolah vokasi (SMK) di Batang.

Awal Juni 2020, Duta Besar Korea Selatan untuk Indonesia, Park Tae-sung siap membantu peningkatan sumber daya manusia (SDM) demi mendukung KIT Batang.

“Kami akan mendukung penuh untuk itu. Setahu kami pemberdayaan SDM juga penting, tidak hanya industri baterai, tapi untuk industri lain juga. Nanti bisa kita upayakan dengan jarak jauh,” kata Park dikutip dari Jatengprov.go.id.

Sementara itu, Pemkab Batang juga akan menyediakan balai latihan kerja yang saat ini mulai dibangun di atas lahan 2,4 ha senilai Rp31,5 miliar.

Anggaran pembangunan balai latihan kerja, kata Suprapto, diambil dari APBD Kabupaten Batang dan Pemprov Jateng hingga 2023 dan terakhir dari pemerintah pusat pada tahun anggaran 2024.

Hingga kini investor asing yang sudah masuk KIT Batang, sebut saja, Hyundai dan LG Energy Solution (Korea Selatan) dan Foxconn (Taiwan).

LG bakal memproduksi baterai mobil listrik. Nilai investasinya ditaksir Rp142 triliun. Foxconn juga akan memproduksi kendaraan listrik dan baterai.

Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia juga menuturkan ada perusahaan Amerika Serikat yang telah tertarik berinvestasi di KIT Batang.

Menurut dia, total investasi di industri baterai listrik terintegrasi tersebut senilai Rp 142 triliun. Diharapkan memberikan efek ekonomi, kata dia, sebesar US$ 5,6 triliun tiap tahun dan diharapkan menyerap lebih dari 20 ribu tenaga kerja, dikutip dari Kumparan.com, 8 Juni 2022.

Negosiasi alot

Tak mudah menarik kedua perusahaan besar teknologi tersebut. Pengalaman terhadap LG, pemerintah harus bolak-balik Jakarta-Seoul sampai delapan kali.

"Pengalaman yang kami alami berinteraksi dengan LG, tidak kurang dari 25 negosiasi […] sampai akhirnya dapat kesepakatannya," ujar Deputi Bidang Perencanaan Penanaman Modal Kementerian Investasi/BKPM Indra Darmawan, akhir Juni lalu, dikutip dari Detik.com.

KIT Batang atau Grand Batang City yang dikelola oleh PT Kawasan Industri Terpadu Batang (KITB)—tergabung dalam konsorsium antara PT PP bersama dengan perusahaan BUMN—akan dijadikan sebagai percontohan untuk kawasan industri di daerah lain.

Selain membangun rusun pekerja, pemerintah juga menyiapkan pelabuhan dan kereta api logistik ke kawasan. Kawasan itu bakal dibangun dengan sarana dan prasarana terintegrasi demi memudahkan arus barang dan orang.

“KIT Batang adalah pusat kawasan industri terpadu. Jadi, harus benar-benar memikirkan bagaimana operasional pelabuhan berjalan dengan baik,” kata Budi pada awal Juli 2022, dikutip dari Republika.co.id.

KIT Batang akan menjadi pusat ekosistem bisnis kecil hingga tingkat industri besar.

"Karena di KIT Batang akan dibangun ekosistem UMKM, jadi KIT nantinya akan menjadi penghubung industri kecil hingga besar,” ujar Bahlil dikutip dari situsweb Pemkab Batang.

KIT Batang selain membuka lapangan kerja juga menambah pendapatan baik pajak penghasilan untuk karyawan pabrik dan perusahaan, hingga Penghasilan Negara Bukan Pajak (PNBP).

Itulah mengapa kawasan itu di mata Gubernur Ganjar sangatlah “seksi” sebagai kota investasi. “Bukan hanya di Jawa Tengah, apalagi Indonesia, tapi dunia. Banyak yang kemudian berminat ke sini,” ujarnya pada 24 Mei 2022.

Dengan potensi yang dimiliki Batang, Ganjar berkomitmen mengawal proyek investasi modern itu berjalan lancar. Pemprov Jateng pernah melakukan hal yang serupa di Kabupaten Kendal.

Satu hal yang ditekankan Ganjar: jangan ada yang mempersulit dan pungutan liar (pungli). Dan, “Hati-hati conflict interest, khususnya terkait dengan ekonomi," pesan Ganjar dikutip dari Liputan6.com.[] AN