Terbit
20/5/2022
Diperbarui
13/8/2022

Memutus Rantai Kemiskinan Lewat Sekolah Gratis

Jangan sampai anak-anak pintar dan berprestasi putus sekolah gara-gara orangtuanya tidak punya uang.
Gubernur Jateng Ganjar Pranowo saat mewisuda ratusan siswa SMK Jateng pada 18 Juni 2017. Foto dan thumbnail: Jatengprov.go.id

WAJAH Zaitun tampak berseri-seri. Mengenakan pakaian terbaiknya, hari itu perempuan yang sehari-hari bekerja sebagai tukang cuci itu menghadiri acara wisuda kelulusan anaknya di Sekolah Menengah Kejuruan Jawa Tengah.

Ia tak pernah membayangkan anaknya bernama Aeni Fadilah bisa sekolah, bahkan hingga lulus SMK. Maklum, penghasilan suaminya yang bekerja sebagai buruh bangunan sangatlah kecil. Jangankan untuk membiayai sekolah anak, untuk kebutuhan sehari-hari saja mereka harus berhemat.

Alhamdulillah anake kula saged sekolah teng mriki, saged lulus. Daripada glondang-glandung mboten jelas. Sinaosa nilaine mboten terlalu inggil, kula tetep bersyukur. Wonten ingkang mikirke. Pemerintah sampun mikirke,” kata Zaitun pada 8 Juni 2018.

Jika diterjemahkan, ucapan Zaitun itu artinya,”Alhamdulillah anak saya bisa sekolah di sini dan sudah lulus. Daripada nganggur tidak jelas. Meski nilainya tidak tinggi, saya tetap bersyukur. Sudah ada yang memikirkannya, pemerintah sudah memperhatikannya.”

Zaitun dan orangtua 235 siswa yang hari itu dinyatakan lulus dari SMK Jateng memang pantas bersyukur. Bagaimana tidak, meski mereka hidup miskin, anak-anaknya masih bisa menempuh pendidikan yang layak.

SMK Jateng memang bukan sekolah biasa. Sekolah ini dibangun untuk siswa miskin, tapi berprestasi. Didirikan pada 2014, sekolah digagas oleh Gubernur Jateng Ganjar Pranowo. Ide dasarnya: jangan sampai anak-anak pintar dan berprestasi putus sekolah gara-gara orangtuanya tidak punya uang untuk menyekolahkannya.

Berkaca pada pengalaman hidupnya, Ganjar meyakini pendidikan adalah jalan keluar dari belitan kemiskinan. Ia bercerita, bapaknya hanya lulusan Vervolgschool, setara SD, di zaman Balanda, sedangkan ibunya hanya lulusan SMP.

“Artinya apa? Kami (keluarga) tidak mampu,” kata Ganjar pada Mei 2018.

Untuk keluar dari belitan kemiskinan, orangtuanya bertekad menyekolahkan enam anaknya setinggi mungkin. Hasilnya, tiga anaknya menyelesaikan S1 (sarjana), satu S3, dan dua orang sampai S2. Ganjar sendiri menyelesaikan S2 di Universitas Indonesia saat sebagai anggota DPR RI.

“Artinya, kami akhirnya yang mengubah nasib keluarga. Dan, hal tersebut sebagai bukti pendidikan menjadi pintu keluar kemiskinan,” kata Ganjar.

Belajar dari pengalaman pribadi itulah, Ganjar ingin anak-anak miskin yang punya prestasi tidak putus sekolah. Bahkan, diharapkan merekalah yang akan mengubah nasib keluarganya.

Hingga 2021, SMK Jateng telah memiliki tiga kampus di Semarang, Pati dan Purbalingga.  Ada tujuh program studi keahlian yang diajarkan. Lima di Semarang, dua di Pati. Lima program yakni Teknik Bangunan, Teknik Elektronika, Teknik Kelistrikan, Teknik Mesin dan Teknik Otomotif. Sementara, dua program di Pati yakni Agribisnis Pengolahan Hasil Pertanian dan Teknik Otomotif.

Para siswa ditempatkan di asrama tanpa perlu keluar biaya alias gratis. Biaya pendidikan dibiayai dengan APBD Jateng. Mereka juga mendapat uang saku dari Bank Jateng. Untungnya lagi, setelah lulus, para siswa tidak perlu bingung mencari pekerjaan. Sekolah sudah terhubung dengan sejumlah perusahaan ternama yang siap mempekerjakan lulusan SMK Jateng.

Meski sekolah itu diperuntukkan bagi kaum miskin, Ganjar tak mau kualitasnya asal-asalan. Ini terbukti dengan sejumlah prestasi level nasional yang raih oleh SMK Jateng. Pada 2021, sekolah berhasil menjadi SMK terbaik se-Indonesia berdasarkan nilai rata-rata Tes Potensi Skolastik ujian tulis berbasis komputer (UTBK). Nilai rerata TPS di SMKN Jateng di Semarang adalah 549,946.

Sebelumnya pada 2017, SMK Jateng menjadi pemuncak Ujian Nasional kategori SMK se-Jateng. Selain itu, tujuh siswanya tercatat meraih nilai 100 pada UN mata pelajaran Matematika. Mereka juga menjuarai Olimpiade Sains Terapan Nasional Kimia se-Jateng. Saat berlomba di Universitas Negeri Surabaya, tim SMK Jateng menjadi juara I Nasional Lomba Kewirausahaan BMC.

Prestasi mentereng yang ditorehkan SMK Jateng itu membuat Wakil Gubernur Lampung Chusnunia Chalim kepincut.  Ia pun ingin mendirikan sekolah serupa di daerahnya. Itu sebabnya, dirinya datang langsung ke Semarang untuk mencari tahu lebih jauh tentang pengelolaan SMK Jateng.

“Kita ingin belajar dari Jateng mengenai pendidikan yang berkualitas, namun bisa membantu dengan gratis, terutama keluarga tidak mampu. Kita pelajari biayanya, kurikulumnya di dalamnya apa saja sampai kualitas, quality control, dan sebagainya,” kata Nunik, sapaan akrabnya, pada Juli 2019.

Ganjar tak keberatan jika metode SMK Jateng diterapkan di Lampung. Bahkan, kalau memungkinkan, sekolah serupa diperbanyak di seluruh Indonesia. Seperti yang diyakini Ganjar: pendidikan yang baik adalah jalan keluar untuk memutus rantai kemiskinan.[] YAS