Terbit
13/7/2022
Diperbarui
13/8/2022

Menjaga Kelestarian Alam demi Masa Depan

Tak perlu gagasan tinggi dan hebat. Yang lebih dibutuhkan ialah praktik dan perbuatan nyata meski kecil.
Ilustrasi. Foto: freppik.com

JAWA TENGAH tercatat sebagai salah satu provinsi yang rawan bencana. Data Indeks Risiko Bencana Indonesia keluaran Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebutkan, ada 12 kabupaten/kota di Jawa Tengah yang masuk kategori berpotensi bencana tinggi dan 24 kabupaten/kota berpotensi bencana sedang. Tidak ada daerah yang potensinya rendah.

Data yang sama menyebutkan, dari 462 kejadian bencana di Tanah Air pada awal 2022, 98 di antaranya terjadi di Jawa Tengah. Secara nasional, Jawa Tengah menempati urutan kedua setelah Jawa Barat. Bencana paling banyak berupa cuaca ekstrem, disusul banjir dan tanah longsor. Kemudian, kebakaran hutan dan lahan, gelombang pasang dan abrasi serta gempa bumi.

Menilik tingginya potensi bencana di wilayahnya, dalam banyak kesempatan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengajak seluruh masyarakat untuk melakukan introspeksi dan refleksi diri. Yakni, bagaimana memperlakukan alam dengan baik agar terhindar dari berbagai bencana.

Kata Ganjar, hidup itu harus seimbang. Baik kepada sesama, juga harus baik kepada alam. Caranya, antara lain dengan menjaga kebersihan lingkungan dan kelestarian alam. Keseimbangan mesti dijaga lantaran ketika musim kemarau banyak daerah kekurangan air. Sementara, di musim hujan air melimpah, bahkan di beberapa tempat mengakibatkan banjir.

Ganjar juga mengajak masyarakat untuk arif dan bijaksana terhadap lingkungan, serta menjaga keseimbangan alam. Beberapa di antaranya dengan cara menabung air lewat pembuatan embung, biopori atau sumur-sumur resapan di sekitar rumah, serta memperbanyak menanam pohon.

Perilaku membuang sampah di sungai juga harus diubah. Apalagi menjadikan sungai sebagai ”toilet terpanjang di dunia” karena bisa memicu banjir.

Tidak berhenti di situ. Ganjar selanjutnya meminta agar kepedulian terhadap lingkungan diwujud-nyatakan sebagai upaya pelestarian sekaligus pengurangan risiko bencana.

Peduli terhadap sungai, gunung maupun laut jangan cuma digembar-gemborkan. Tidak perlu ide atau gagasan tinggi dan hebat. Yang lebih dibutuhkan adalah praktik dan perbuatan nyata meski aksinya kecil.

Ganjar sendiri telah berulang kali terlibat, antara lain dalam kegiatan penanaman pohon di berbagai daerah. Seperti yang digelar bersama Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada (Kagama), menanam 8.000 bibit pohon mahoni dan buah di Hutan Pinus Setro, Desa Batealit, Kecamatan Batealit, Kabupaten Jepara, Desember 2021.

Aksi reboisasi atau penanaman kembali lahan gundul itu dilakukan sebagai bentuk dorongan mempercepat pemulihan lahan dan kawasan hutan kritis. Lewat rangkaian kegiatan penanaman pohon, Ketua Umum PP Kagama tersebut memastikan langkah kecil itu bisa segera menghijaukan area-area yang memang perlu dibantu.

Selain lewat penanaman pohon, upaya pelestarian alam juga dilakukan Gubernur Ganjar dengan mengarahkan pembahasan kebijakan strategis dalam Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) Provinsi Jawa Tengah 2018, salah satunya menyangkut politik sungai dan pelestarian sumberdaya alam.

Pembahasan terkait isu tersebut sangat signifikan, karena saat ini problem lingkungan sudah terjadi di sekitar kita. Dengan begitu, tata ruang menjadi penting disiapkan untuk mengantisipasi terjadinya bencana.Apalagi, telah disebut, peta rawan bencana Jawa Tengah luar biasa dan telah menjadi perhatian nasional.

Sesuai informasi ahli geofisika, terdapat titik sesar yang berpotensi memicu terjadinya gempa di satu-dua wilayah. Ini yang harus diantisipasi dan disiapkan langkah-langkahnya. Jangan ditabrakkan antara tata ruang dengan tata uang, karena akan menodai dan berbahaya bagi masyarakat.

Ganjar menambahkan, udara kita juga mengalami tekanan akibat meningkatnya pencemaran yang luar biasa. Sementara pengelolaan sampah dan produktivitas pertanian terkendala air sehingga di beberapa tempat mengalami defisit. Kalau kelestarian alam tak dijaga dengan baik, niscaya akan memantik masalah di kemudian hari.[]