Terbit
25/10/2022
Diperbarui
25/10/2022

Menumbuhkan Benih Toleransi Lewat Sekolah Damai

Program Sekolah Damai perlu kita dorong dan berkelanjutan agar anak-anak kita terbiasa berbicara perdamaian, tidak ada yang saling membully, dan mampu membangun relasi positif antar mereka yang berbeda suku, agama, status sosial dan lainnya.
Peluncuran Sekolah Damai di Solo. Sumber foto: Radar Solo

Hasil Survei Wahid Foundation pada 2016 mengenai trend toleransi sosial keagamaan di kalangan rohaniawan islam di Indonesia menyebutkan, 78 persen siswa/ rohis setuju dengan konsep khilafah islamiyah.

Temuan itu tentu saja mengejutkan, mengingat bangsa ini berdiri di atas keberagaman. Sikap fanatisme terhadap suatu golongan agaknya bisa jadi pemicu terkikisnya rasa saling menghargai antar umat beragama.

Ganjar Pranowo menjadi salah satu pemimpin yang terus meyakini bahwa toleransi dan kerukunan merupakan pegangan utama agar bangsa tak mudah terpecah belah. Telah banyak kebijakan dilahirkan Ganjar untuk mencegah tumbuhnya paham-paham intoleran yang hendak mengotori kebhinekaan.

Berangkat dari ketegasan itulah, Ganjar kini mulai menerapkan Sekolah Damai di lingkungan pendidikan di Jateng. Ada sebanyak 70 sekolah tingkat menengah atas di Jateng yang mengawalinya. Sekolah Damai itu sendiri dalam penerapannya bekerja sama dengan Wahid Foundation.

Pada prakteknya program ini akan berfokus mengembangkan budaya damai melalui kebijakan dan praktik toleransi dengan melibatkan warga sekolah. Seperti siswa, guru, kepala sekolah, maupun komite.  

Ganjar menilai, Sekolah Damai yang diinisiasi Wahid Foundation ini selaras dengan program yang akan digagas oleh Pemprov Jawa Tengah, yaitu Program Sekolah Pro Toleransi dan Anti Kekerasan. Dengan terbangunnya kerjasama tersebut, Sekolah Damai pada akhirnya semakin menguatkan program rintisan Pemprov Jateng. Oleh karena itu kerjasama keduanya penting sekali dilakukan.

“Program Sekolah Damai perlu kita dorong dan berkelanjutan agar anak-anak kita terbiasa berbicara perdamaian, tidak ada yang saling membully, terbiasa melakukan moderasi dalam banyak hal, termasuk membangun relasi positif antar mereka yang berbeda suku, agama, status sosial dan lainnya. Selamat untuk peluncuran Program Sekolah Damai Jawa Tengah ini,” ujar Ganjar sebagaimana dilansir dari RRI.

Lebih jauh, Sekolah Damai ini juga akan mewujudkan pembiasaan sikap toleransi di lingkungan sekolah. Wujud interaksi damai ini antara lain menjenguk siswa yang sakit tanpa membeda-bedakan keyakinan atau agama.  

Ganjar pun menginginkan, perwujudan budaya damai melalui program tersebut kedepannya tidak hanya diterapkan di sekolah menengah atas/kejuruan, tetapi bisa diterapkan secara menyeluruh di semua tingkatan sekolah di Jawa Tengah. Bahkan, kalau harus, semua dinas terkait menerapkan budaya damai dalam konteks yang berbeda untuk mencegah tumbuh kembang intoleransi dan ekstremisme di lingkungan Pemprov Jateng.

Dalam kepemimpinannya, Ganjar telah banyak menunjukkan ketegasannya dalam memerangi segala bentuk radikalisme. Ia meminta kepada Komisi Aparatur Sipil Negara agar ASN yang terpapar paham intoleran dan radikalisme untuk dipecat lebih cepat. Ganjar juga mengumpulkan seluruh kepala sekolah se-Jateng dan meminta mereka untuk bersumpah setia pada republik ini dengan menandatangani pakta integritas.

Bukan tanpa alasan Ganjar membidik sekolah. Di lembaga itu ada guru yang rawan disusupi, sebab setiap ucapan dan tindakannya dipercaya murid. Penerapan Sekolah Damai di Jateng pun semakin memperlihatkan keseriusan Ganjar dalam menjaga keutuhan negeri ini.