Terbit
26/6/2022
Diperbarui
13/8/2022

“Nginceng Wong Meteng” yang Diakui Internasional

Angka kematian ibu-anak dan stunting di Jawa Tengah turun signifikan. Inovasi 5Ng menjadi salah satu solusi.
Ilustrasi. Foto: freepik.com

DATA Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) mencatat, angka kasus anak kurang gizi kronis yang berdampak pertumbuhan kerdil (stunting) di Jawa Tengah pada 2021 sebesar 20,9 persen. Angka ini lebih rendah dari 2019 yang sebesar 27 persen.

Secara lokal, penurunan tersebut tergolong bagus karena sudah mendekati target Suistainable Development Goals (SDGs), agenda 17 tujuan pembangunan berkelanjutan global yang disepakati oleh lebih dari 190 negara dan ditetapkan oleh Peserikatan Bangsa Bangsa (PBB).

Target yang ditetapkan SDGs yaitu angka stunting secara nasional di Indonesia pada 2030 harus di bawah 20 persen—saat ini masih 24,4 persen.

Di Jateng, wilayah dengan kasus anak kerdil terendah berada di Kabupaten Grobogan (9,6 persen), Kota Magelang (13,3 persen), Wonogiri (14 persen), Kota Salatiga (15,2 persen), dan Purworejo (15,7 persen).

Sementara, wilayah dengan tinggi kasus stunting berada di Wonosobo (28,1 persen), Kabupaten Tegal (28 persen), Brebes (26,3 persen), Demak (25,5 persen), dan Pemalang (24,7 persen).

Penurunan angka kasus stunting itu tak lepas dari gencarnya program “Jateng Gayeng Nginceng Wong Meteng” (5Ng)—mengintip/mengamati ibu hamil. Digagas oleh Gubernur Jateng Ganjar Pranowo, program itu mulai dijalankan pada 2016 untuk merespons tingginya angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB).

Ada empat fase yang dijalankan, yaitu fase prahamil, hamil, persalinan, dan nifas. Sejak program itu berjalan, Jateng mampu menekan kematian ibu dan bayi.

Data menunjukkan, pada 2017 kematian ibu hamil dan melahirkan berjumlah 475 jiwa, menurun dari tahun sebelumnya 602 jiwa. Lalu, 2018 turun kembali menjadi 421 jiwa dan 416 jiwa di tahun berikutnya.

Pada 2020, selama awal pagebluk corona jumlah kematian ibu melahirkan memang bertambah menjadi 530 jiwa. Peningkatan kasus ini terjadi, salah satunya pengaruh dari “kekhawatiran sebagian masyarakat untuk mengakses layanan kesehatan dan adanya pembatasan mobilitas sosial.”

Sumber: Studi Status Gizi Indonesia Tahun 2021

Meski jumlah kasus masih tinggi, penurunan AKI selama tiga tahun cukup signifikan, terlebih jika melihat perbandingan sejak 2013. Catatan Dinas Kesehatan Jawa Tengah, penurunan AKI pada 2017 mencapai 88,58 per 100.000 kelahiran hidup; padahal pada tahun saat Ganjar terpilih sebagai gubernur angkanya 118,62 per 100.000 kelahiran hidup.

Baik angka kematian bayi (AKB) maupun angka kematian balita (Akaba) sama-sana menurun. Pada 2013, AKB Jateng tercatat 10,41 per 1.000 kelahiran hidup, lalu pada 2017 sebesar 8,93 per 1.000 kelahiran hidup. Sementara Akaba turun jauh dari 11,8 menjadi 10,47 per 1.000 kelahiran hidup.

Pada 2018, dua tahun setelah progam 5Ng berjalan, inovasi pencegahan AKI itu mendapat dukungan dari USAID, lembaga pemerintah AS yang fokus pada bantuan ekonomi, pembangunan, dan kemanusiaan.

Melalui program “Jalin”—kegiatan perdana mereka di bidang kesehatan ibu dan bayu baru lahir di Indonesia—USAID memberikan bantuan dana kepada Jateng hingga 2020. Ganjar dianggap berhasil mencegah kematian ibu-anak secara signifikan dari 2013 hingga 2017. Jateng tidak sendirian. USAID juga mendukung dalam hal yang sama di lima provinsi lain, di antaranya Jawa Barat dan Jawa Timur.

Pada 2019, giliran United Nations Population Fund (UNFPA), lembaga di bawah badan United Nations Development (UNDP) PBB yang melirik 5Ng.

“Melihat kemajuan di Jawa Tengah, saya sangat yakin apa yang kami lakukan ini akan berhasil. Cara yang dipakai di Jawa Tengah akan kami jadikan pilot project,” ujar Country Director UNFPA Indonesia Annete Sach, dikutip dari humas.jatengprov.go.id.

Kini fokus 5Ng selain menekan AKI juga mencegah stunting. Gerak cepat Jateng menekan stunting membuat Kementerian Dalam Negeri mengganjar penghargaan pada 2020.

Jateng terpilih sebagai Terbaik Pertama dalam pembinaan dan pengawasan delapan aksi konvergensi penurunan stunting tertintegrasi di Pulau Jawa.

Bahkan, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mengakui program 5Ng menginspirasi lembaganya untuk menekan kasus stunting.

Pada akhir 2021, Kepala BKKBN Hasto Wardoyo terang-terangan mengatakan, bahwa program 5Ng Jateng mendorong lembaganya untuk menciptakan aplikasi elektronik siap nikah dan hamil atau Elmisil.

Ia mengakui bahwa progam 5Ng pada dasarnya juga menurunkan stunting, “Sebab menurunkan stunting kan juga menurunkan kematian ibu dan balita,” katanya dikutip dari Jateng.bkkbn.go.id.

Hasto menaruh apresiasi terhadap Jateng di bawah Ganjar yang bisa menekan kasus stunting paling rendah di antara provinsi-provinsi besar lain.

“(Aplikasi Elmisil) ini berkat program ‘Jateng Gayeng Nginceng Wong Meteng’ yang mestinya dilakukan oleh kami. Maka, Jateng sudah menginspirasi BKKBN dan Jateng adalah provinsi besar dengan angka terendah stunting-nya,” kata Hasto dikutip dari Jatengprov.go.id.

Penyebab tengkes atau kerdil tak hanya satu faktor, tapi multifaktor. Oleh karenanya, pencegahannya tak sebatas mengedukasi ibu hamil dan pemberian gizi pada anak, Ganjar dan jajarannya mendorong masyarakat untuk menerapkan pola hidup sehat baik diri maupun lingkungan sekitar. Jateng juga punya fokus pada program jambanisasi, bagian dari pengentasan kemiskinan.[] AN