Terbit
13/6/2022
Diperbarui
13/8/2022

Jawa Tengah Prioritaskan Perempuan dan Anak

Jawa Tengah memang memprioritaskan perempuan, anak, dan penyandang disabilitas dalam pembangunan daerah.
Ilustrasi. Foto: freepik.com

PENGAKUAN itu datang dari Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Indonesia, I Gusti Ayu Bintang Darmawati. Bintang bilang, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo punya kepedulian yang luar biasa terhadap perempuan dan anak.

Itu sebabnya, Bintang memilih Jawa Tengah sebagai tempat Peringatan Hari Ibu ke-91 tingkat nasional pada 21 Desember 2019.

Pujian Bintang itu cukup beralasan. Sejak 2017, Jawa Tengah meraih Anugerah Parahita Ekapraya kategori Mentor dari kementeriannya. Tak hanya sekali. Penghargaan itu didapat empat kali berturut-turut hingga 2020.

Itu adalah bentuk apresiasi tertinggi dari pemerintah pusat untuk daerah yang menaruh perhatian besar terhadap sektor perempuan dan perlindungan anak, khususnya melalui pengarusutamaan gender sehingga perempuan mendapat kesempatan yang sama seperti laki-laki dalam hal partisipasi ekonomi, kesetaraan akses pendidikan, kesehatan, juga politik.

Anugerah Prahita Ekparaya dibagi dalam empat tingkatan: tingkat Pratama (pemula), Madya (pengembangan), Utama (peletakan dasar dan berkelanjutan), dan tingkat Mentor.

Pada 2020, sampir semua kabupaten dan kota di Jawa Tengah juga meraih Anugerah Parahita Ekapraya. Rembang meraih kategori Mentor, 12 kabupaten dan kota mendapat Kategori Utama, 13 daerah kategori Madya, dan delapan daerah mendapat kategori Pratama.

Pemberian Anugerah Parahita Ekapraya dinilai dari 7 komponen kunci: komitmen, kebijakan, kelembagaan, sumber daya manusia dan anggaran, alat analisis  gender, data gender dan partisipasi masyarakat.

Di bawah kepemimpinan Ganjar Pranowo, Jawa Tengah memang memprioritaskan perempuan, anak, dan penyandang disabilitas dalam pembangunan daerah.

Mereka dilibatkan dalam pengambilan keputusan termasuk dalam setiap Musyawarah Rencana Pembangunan (Musrenbang). Dengan begitu, anggaran pembangunan dapat disiapkan sesuai kebutuhan.

Dengan melibatkan perempuan dalam perencanaan pembangunan, diketahui ada tiga hal yang dibutuhkan yakni peningkatan pengetahuan dan ketrampilan, akses modal, dan pendampingan untuk meningkatkan kelas usaha.

Dari sana, dicarilah solusinya. Untuk peningkatan pengetahuan dan ketrampilan diatasi dengan menggelar sejumlah pelatihan. Kebutuhan akses modal difasilitasi dengan kredit berbunga rendah tanpa jaminan di Bank Jateng. Langkah ini untuk menghindarkan mereka dari rentenir.  Sedangkan untuk pendampingan usaha, dilakukan oleh dinas terkait.

Di bidang pendidikan, pemerintah Jawa Tengah memfasilitasi anak-anak dari keluarga tidak mampu untuk tetap bersekolah secara gratis dan siap memasuki dunia kerja sehingga dapat membantu perekonomian keluarganya.

Hal itu dibuktikan dengan kehadiran sekolah gratis yakni SMK Jateng yang menjadi salah satu SMK terbaik se-Indonesia.

Untuk perlindungan anak, pemerintah Jawa Tengah menyiapkan generasi penerus bangsa agar terhindar dari radikalisme, narkoba, dari pornografi.  

Di kesempatan berbeda, Menteri Gusti Ayu Bintang Darmawanti mengapresiasi langkah Ganjar yang melibatkan Forum Anak dalam perencanaan pembangunan dalam lima tahun terakhir.

Langkah itu, kata Bintang, saat itu hanya ada di Jawa Tengah. Itu sebabnya, dia bertekad mendorong provinsi maupun kabupaten/kota di Tanah Air untuk mengadopsi cara Jawa Tengah.

"Terima kasih Pak Gubernur, semoga terus membantu kami dan memberi akses seluas-luasnya pada anak-anak untuk ikut memikirkan pembangunan di wilayahnya," kata Bintang saat peringatan Hari Anak Sedunia dan 30 Tahun Konvensi Hak Anak di Balaikota Surakarta, 19 November 2019 seperti dilansir laman jatengprov.go.id.

"Saya sangat mengapresiasi betapa dekatnya pak Gubernur dekat dengan anak-anak. Dan, betapa anak-anak sangat mengagumi beliau,” tambah Bintang.

Merespon itu, Ganjar Pranowo menegaskan sudah bukan zamannya lagi segala sesuatu tentang anak ditentukan oleh orang-orang tua. Menurutnya, yang mengerti keinginan anak adalah anak itu sendiri. Orang tua hanya mengarahkan. Dengan begitu, anak-anak bisa mendapatkan apa yang dibutuhkannya.

Simaklah apa yang disampaikan Yani, seorang siswa SMAN Ngawen, Kabupaten Blora, dalam Musrenbang pada 25 April 2022.  Kepada Ganjar, Yani menyampaikan keprihatinannya tentang maraknya pernikahan anak di bawah umur di kampungnya.

Menurut Yani, tahun ini saja, ada 15 anak yang menikah dini. Usianya rata-rata masih 12 – 15 tahun. Mereka dinikahkan karena dianggap sebagai jalan keluar dari kemiskinan yang mendera keluarganya. Karena itu, Yani ingin ada pelatihan khusus bagi remaja seusianya.

Mendengar itu, Ganjar menyatakan rasa prihatin. Ia meminta Dinas Perempuan dan Anak segera menindaklanjutinya. Tak lupa ia meminta nomor telepon Yani agar dapat dihubungi kembali.

Bagi Ganjar, semua masyarakat Indonesia punya hak yang sama. Tidak peduli itu anak-anak, laki-laki atau perempuan. Suara mereka wajib didengar.

"Jadilah manusia sebaik-baiknya. Jalani kehidupan ini sehormat-hormatnya. Kami yang berada di pemerintahan Provinsi Jawa Tengah meyakini dan menjalankan prinsip itu dengan seksama agar bisa memberikan pengabdian yang optimal," katanya. [] YAS