Terbit
15/11/2022
Diperbarui
16/11/2022

Revitalisasi Pasar Tradisional dan Mudahkan Pedagang Kembangkan Modal Usaha

Sejak menjabat gubernur, Ganjar Pranowo telah merevitalisasi dan membangun sebanyak 79 pasar tradisional.
Ganjar ketika menilik pasar rakyat Panican di Purbalingga yang telah selesai direvitalisasi. Sumber fofo: Humas Pemprov Jateng

Puluhan pasar tradisional di Jawa Tengah kini tampak molek. Lapak pedagang berbaris rapi. Para pembeli pun terasa lebih nyaman saat berbelanja. Rasanya tidak kalah nyaman dibanding belanja di pasar modern.

Itu berkat Gubernur Ganjar Pranowo yang memilih mengucurkan anggaran untuk pengembangan pasar tradisional ketimbang membangun monumen-monumen megah sebagai ikon peninggalan selama menjadi pemimpin.

Sejak dilantik menjadi gubernur pada 2013 silam, Ganjar telah merevitalisasi dan membangun sebanyak 79 pasar tradisional. Ini merupakan wujud kepedulian Ganjar terhadap sarana perdagangan di Jawa Tengah, sekaligus sejalan dengan visi Presiden Joko Widodo yakni program revitalisasi 5.000 pasar tradisional.

Kebanyakan pasar yang direvitalisasi itu sudah mangkrak atau tidak layak digunakan untuk berdagang. Meski begitu, Ganjar juga memberikan bantuan pembenahan pasar tradisional dari masukan musyawarah desa (musdes) dan musyawarah perencanaan pembangunan (musrenbang).

Sebenarnya, Ganjar tidak pernah menargetkan akan merevitalisasi berapa pasar hingga akhir kepemimpinannya di Jawa Tengah. Tapi ketika melihat ada pasar tradisional yang memang butuh dibenahi, dia akan menggelontorkan dana revitalisasi.

Anggaran yang dikucurkan dari pemerintah ini juga untuk melindungi pedagang pasar dari harga sewa kios pasar yang tinggi. Sebab jika revitalisasi dilakukan investor atau pihak swasta, jelas akan mencari keuntungan dari kios.

Langkah Ganjar ini, juga untuk menghindari gesekan antara pedagang pasar yang kerap saling rebut-rebutan kios jika harga sewanya ditentukan oleh investor.

"Khusus untuk pasar desa memang negara dan pemerintah harus terlibat. Kitalah yang harus membangun, karena kalo investor nanti orang berebut kios dan harganya ditentukan investor. Maka pasar-pasar apakah itu di desa, di level kabupaten kota memang lebih baik itu pemerintah yang mendorong," jelas Ganjar seperti dikutip dari Detikcom.

Akses Modal Pedagang Pasar

Selain merevitalisasi bangunan, Ganjar juga memberikan akses permodalan bagi para pedagang pasar tradisional. Dengan begitu, pasar tradisional di Jawa Tengah tampak lebih hidup. Aktivitas perekonomian pun bisa meningkat.

Akses permodalan itu diberikan Ganjar dengan menggandeng Bank Jateng. Ada program yang namanya Kredit Mitra 25 (M25). Kredit ini dirasa tidak membebani pedagang karena berbunga murah.

Kredit M25 hanya membebani bunga sebesar 3 persen per tahun dengan maksimal plafon sebesar Rp 25 juta. Akses modal ini jelas menjadi angin segar bagi para pedagang pasar tradisional yang sempat goyah dihantam badai pandemi Covid-19 kemarin.

Pada September 2022 kemarin, Ganjar kembali meluncurkan kredit murah khusus untuk para pedagang pasar tradisional. Namanya Kredit Lapak. Kredit ini menawarkan suku bunga pinjaman rendah setara 2 persen per tahun. Tentu kredit ini bisa diakses seluruh pedagang pasar hingga pelosok Jawa Tengah.

“Itu betul-betul untuk UKM saja, termasuk mereka-mereka yang sudah bekerja, mohon maaf di pasar, seperti tadi kita lihat produk mereka ada jamu, ada sembako, ada gorengan dan macam-macam, yang Insyaallah ini akan membantu mereka di tengah situasi yang sulit,” papar Ganjar dikutip dari Jawa Pos.