Saat Pendidikan Sebagai Panglima, Itulah Saatnya Indonesia Menjadi Adidaya

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabaratuh.
Salam Sejahtera untuk Kita Semua. Om Swastiastu. Namo Buddhaya. Rahayu.
Bapak ibu hadirin sekalian. Upacara ini akan menjadi yang terakhir bagi kita untuk meperingati Hari Pendidikan Nasional bersama-sama. Selama hampir sepuluh tahun bertugas di sini, banyak sekali pelajaran yang saya terima. Banyak sekali saya belajar dari panjenengan semua. Karena ini bukan sekadar pekerjaan, juga bukan sekadar pengabdian. Inilah sebuah kepantasan yang memang semestinya kita lakukan. Ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani. Dengan segala kepantasan itu, alhamdulillah kita bisa melahirkan program-program yang bukan sekadar untuk memenuhi laporan pertanggung jawaban.
Di bidang pendidikan, misalnya. Saya sangat bersyukur akhirnya kita bisa bersama-sama mewujudkan pendidikan gratis untuk tingkat SMA maupun SMK. Bahkan setelah kita menerima mandat sebagai penanggungjawab pendidikan menengah atas, kita jadi tahu di Jawa Tengah ternyata masih terdapat 17 kecamatan yang belum memiliki SMA atau SMK Negeri. Dan insyaAllah secara perlahan akan kita cukupi. Pembangunan pertama kita lakukan di Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar. Kenapa yang pertama adalah kecamatan Tawangmangu? Karena Tawangmangu menjadi kecamatan yang belum punya SMA maupun SMK dengan potensi lulusan SMP yang tertinggi, yaitu 1.867. Selanjutnya akan kita bangun SMKN di Kecamatan Lumbir Banyumas dan SMKN di Kecamatan Pangetan Kabupaten Banjarnegara. Sementara di wilayah lain, seperti di Klaten, Purbalingga, Boyolali maupun Brebes telah kita terapkan sistem pendidikan kelas jauh dan sekolah virtual.
Pemerataan pendidikan tingkat atas itu menjadi sangat penting bapak ibu. Selain akan membuka cakrawala pemikiran seseorang lebih luas, ruang-ruang pencarian rezeki serta pengembangan diri juga terbuka lebih lebar. Artinya jika seseorang tamat SMA atau SMK, dia memiliki potensi lebih besar untuk menaikkan derajat dan martabat keluarganya. Cerita Rafli Saputro, misalnya. Dia lulusan SMKN Jateng yang saat ini bekerja di perusahaan teknologi di Jepang. Waktu lulus SMP, karena faktor biaya dia sebenarnya ragu untuk melanjutkan ke SMA. Ibunya cuma buruh pemotong filter rokok. Sementara ayahnya pekerja serabutan. Begitu tahu di SMKN Jateng semua biaya pendidikan dan biaya hidup itu gratis, dia akhirnya mendaftar dan keterima. Sekarang alhamdulillah dia bisa merenovasi rumah orangtuanya, bisa membelikan ladang dan ngasih uang bulanan. Succes story seperti ini menjadi penting agar seluruh putra putri Jawa tengah jiwanya memiliki spirit untuk menaikkan derajat, minimal derajat keluarga. Maka seluruh anak-anak bangsa harus mendapatkan akses pendidikan berkualitas. Karena dari pendidikan lah semua bermula. Dari kesempatan meraih ekonomi yang lebih baik bagi setiap keluarga hingga capaian-capaian teknologi yang menyelesaikan seluruh persoalan bangsa.
Selain itu saya juga mengucapkan terimakasih kepada panjenengan semua yang telah membantu menata anggaran, agar semua guru honorer yang berada di bawah tanggung jawab Pemprov Jateng menerima gaji sesuai UMK. Tentu ada capaian kerja kita yang lain dalam bidang pendidikan, mulai dari bantuan siswa miskin, BOSDA sampai keringanan transportasi untuk pelajar. Saya berharap pada tahun-tahun mendatang akan lahir program-program pendidikan yang lebih revolusioner lagi. Jika apa yang sudah kita lakukan itu baik, silakan bisa dilanjutkan. Tetapi jika ada yang lebih baik, silakan dihadirkan.
Bapak ibu hadirin sekalian. Saat menulis sambutan ini tadi malam, saya melihat bulan belum sempurna purnamanya. Dan saya terbayang seperti itulah dunia pendidikan kita. Dia terus bergerak menuju kesempurnaan, mesti terdapat satu dua coreng moreng yang kelihatan. Tapi di dalam sanubari saya memiliki keyakinan, kelak saat pendidikan dijadikan sebagai panglima, itulah saatnya Indonesia menjadi negara adidaya. Tentu hal itu juga yang ada di sanubari hadirin sekalian. Jika kemarin kita masih malu-malu kucing untuk menyatakan hal itu, sekarang kita harus bersuara lantang. Maka tafsir yang jelas tentang pendidikan sebagai panglima harus dijabarkan, lalu diurai menjadi sebuah pedoman untuk menghasilkan kebijakan.
Lantas bagaimana wujud pendidikan sebagai panglima dalam bernegara? Yaitu ketika semua sektor kehidupan, menjadikan ilmu pengetahuan sebagai rujukan. Mulai dari politik, ekonomi, sejarah, seni dan budaya, teknologi sampai keagamaan. Maka mau tidak mau, penelitian yang berkualitas harus digencarkan. Jangan sampai fenomena-fenomena yang ada cuma jadi gosip dan kasak kusuk belaka. jangan sampai gejala-gejala kehidupan cuma berhenti di obrolan. Maka baik itu siswa pendidikan menengah atas, terlebih pendidikan tinggi orientasinya harus pada penelitian. Agar seluruh sarjana kita bisa mengabdikan keilmuannya. Karena menurut data Kemendikbud, sekitar 80 persen sarjana di negara kita bekerja tidak sesuai dengan keahliannya. Kondisi itu tentu membuka mata kesadaran kita, betapa banyaknya orang-orang kita yang melakukan sesuatu tidak sesuai dengan keilmuannya.
Maka bapak ibu hadirin sekalian, pada momen Hari Pendidikan Nasional ini, mari kita luruskan niat dan laku kehidupan berbangsa dan benergara. Gotongroyong adalah pedomannya. Di dalam gotongroyong itu, terdapat ajaran untuk saling membantu dan mengingatkan. Jika kita menengok sejarah, bapak ibu hadirin sekalian, gotongroyong itu pulalah yang menjadi manifestasi riwayat pendidikan di tanah kita yang telah berlangsung lebih dari satu milenium. Yang dalam penerjemahan Ki Hajar Dewantara berbunyi, ing ngarsa sung tuladha ing madya mangun karsa dan tut wuri handayani. Bagaimana yang di depan memberi tauladan, yang berada di tataran tengah memberi bimbingan serta yang berada di belakang memberi support atau dorongan. Jika kurikulum merdeka memiliki terjemahan kolaborasi dalam mengembangkan kemampuan diri, semboyan itulah yang mesti kita tancapkan dalam-dalam ke sanubari demi kemakmuran negeri. Terimakasih.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
*Naskah pidato Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo di Hari Pendidikan Nasional 2023.