Terbit
24/8/2022
Diperbarui
24/8/2022

Sepak Terjang di Senayan (2): Godaan Uang Siluman

Integritas Ganjar benar-benar diuji saat di DPR RI. Nilai-nilai hidup dari orangtua membentuknya menjadi sosok yang antikorupsi.
Foto: Instagram @ganjar_pranowo

PADA 2004 Ganjar Pranowo menorehkan sebuah tonggak baru dalam perjalanan hidupnya. Untuk pertama kalinya ia mendaftar sebagai calon anggota DPR RI dari Dapil 7 Jawa Tengah yang meliputi Kebumen, Banjarnegara, dan Purbalingga.

Meski kalah dari sisi  perolehan suara, Ganjar berhasil masuk ke Senayan setelah Jakob Tobing, yang mendapat suara terbanyak dari PDP-P di Dapil 7, diangkat oleh Presiden Megawati sebagai Duta Besar RI untuk Korea Selatan. Walhasil, Ganjar yang tadinya berada di posisi ketiga perolehan suara naik menjadi nomor dua dan dilantik menjadi anggota DPR.

Seperti kebanyakan politisi lain, Ganjar juga mengeluarkan dana yang tak sedikit untuk proses pencalonan dan pemenangan legislatif. Pada saat bersamaan, politisi PDI-P harus iuran untuk kerja-kerja pemenangan Megawati sebagai calon presiden. Lantaran tabungannya sudah terkuras, Ganjar tak bisa ikut menyumbang dana untuk pencapresan Megawati.

Beberapa teman menyarankan Ganjar meminjam uang kepada Jakob Tobing yang posisinya di DPR RI digantikan Ganjar. Namun, rasa rikuh pakewuh membuat Ganjar merasa sungkan.

“Tuhan memberikan jalan. Justru Pak Jakob yang membukakan harapan dan memberi bantuan seusai beliau mendapat SK Duta Besar. Selang beberapa waktu, bantuan itu saya terima,” cerita Ganjar seperti dikutip dari buku “Kontroversi Ganjar” karya  Isdianto dkk.

Di DPR RI, Ganjar ditugaskan di Komisi IV yang membidangi pertanian, perkebunan, kehutanan, kelautan, perikanan dan pangan. Ketika terpilih kembali untuk periode 2009-2014, Ganjar duduk sebagai Wakil Ketua Komisi II DPR RI bidang pemerintahan dalam negeri, otonomi daerah, aparatur negara, reformasi birokrasi, pemilu, pertanahan dan reformasi agraria.

Integritas Ganjar benar-benar diuji saat di DPR RI. Meski kondisi keuangan pribadinya tidak sementereng anggota dewan lainnya, Ganjar berhasil membuktikan bahwa dirinya adalah sosok yang menolak tegas dana-dana siluman yang kerap ditawarkan oleh mitra kerja DPR.

Pada 2008, misalnya, Ganjar mengembalikan dana insentif anggota DPR yang mendulang banyak kritik dari masyarakat. Presenter televisi Rosiana Silalahi dalam sebuah wawancara menyebut Ganjar adalah satu-satunya politisi yang paling cepat mengembalikan dana tersebut.

“Anggota DPR lain tidak ada yang bertindak seperti  Ganjar,” kata Rosi yang menyebut Ganjar sebagai gambaran ideal tentang seorang anak muda yang bukan siapa-siapa di partai, tetapi mampu merintis karier politik dengan mengedepankan integritas.

Sikap Ganjar yang tegas dalam memerangi korupsi kembali diuji dalam kasus korupsi KTP elektronik (KTP-el). Ganjar dituding menerima uang sogokan 500 ribu dolar AS dari Muhammad Nazaruddin, terpidana beberapa kasus korupsi.

Nazaruddin mengklaim telah menyaksikan Ganjar menerima uang sogokan di ruang Mustokoweni, anggota Komisi II DPR. Dalam persidangan terungkap, bahwa tanggal yang disebut Nazaruddin saat ia mengklaim melihat Ganjar menerima uang sogokan, adalah tanggal di mana Mustokoweni telah meninggal dunia.

Ganjar sendiri saat bersaksi di persidangan mengakui pernah ditawari uang oleh Mustokoweni. Namun, Ganjar menolak menerimanya.  

"Saya tidak ingat kapan tawaran itu. Kalau tidak sekali, dua kali, tiga kali dalam ruangan sidang, Ibu Mustokoweni, almarhumah, dengan mengatakan 'Dik ini ada titipan'. Saya katakan tidak usah karena sudah jadi sikap saya sejak awal, saya mengira-ngira uang apa? Tapi, saya katakan 'pek en' (ambil)," kata Ganjar di Pengadilan Tipikor Jakarta.

Selain tiga kali penawaran uang, Ganjar juga pernah disodori "goody bag" oleh orang yang tidak dikenal saat sedang berbicara dengan stafnya. Awalnya Ganjar berpikir “goody bag” itu berisi buku. Namun, setelah dipastikan tidak berbentuk buku, Ganjar meminta stafnya untuk mengembalikan.

Keterangan Ganjar itu diperkuat oleh Anggota Komisi II Maryam Haryani yang bertindak selaku distributor uang sogokan. Menurut Maryam, hanya Ganjar dari pimpinan Komisi II yang menolak diberi uang. Pengusaha Andi Naragong juga mengaku tidak pernah memberikan uang kepada Ganjar.  

Terbaru, pada April 2022, Ketua KPK Firli Bahuri memastikan hingga kini tidak menemukan adanya bukti keterlibatan Ganjar Pranowo dalam korupsi pengadaan pengadaan KTP elektronik.  Itu sebabnya, KPK mengeluarkan nama Ganjar dari perkara itu.

Begitulah Ganjar Pranowo. Nilai-nilai hidup yang ditanamkan orangtuanya sejak kecil telah membentuknya menjadi sosok yang antikorupsi.[] YAS