Terbit
13/4/2022
Diperbarui
13/8/2022

Serius Merawat Kesenian Tradisional

Masyarakat harus terus merawat dan menjaga kebudayaan. Pemahaman atas kebudayaan tak sebatas baju, tarian, atau wayang.
Foto: Arsip Humas Pemprov Jateng

PERISTIWANYA berlangsung di Pondok Pesantren Nurul Jalal, Tanjung Priok, Jakarta Utara, 5 Maret 2022. Perkumpulan Seniman Tradisional dan Dalang Nusantara mendeklarasikan dukungan kepada Ganjar Pranowo sebagai calon presiden (capres) pada Pemilu 2024. Mereka menyatakan siap membantu menggalang suara bagi politisi yang kini menjabat gubernur Jawa Tengah itu.

Mereka juga siap berjuang, menyosialisasikan dan mengampanyekan, hingga membela Ganjar Pranowo. Sosok pemimpin yang mereka apresiasi lantaran mempunyai sikap tegas dan komitmen tinggi untuk mempertahankan wayang dan mendukung budaya wayang agar tetap lestari.

Perwakilan Perkumpulan Seniman Tradisional dan Dalang Nusantara, Ki Saparjan ’Mas Dalang Gaul’, didampingi Ketua DPD Sahabat Ganjar DKI Jakarta Imron Rosyidi, menjelaskan, Indonesia sangat kaya budaya dan tradisi yang unik dan bernilai luhur.

Karena itu, keberpihakan Ganjar terhadap wayang dan kesenian tradisional yang selama ini ditunjukkan mesti ditindaklanjuti. Tujuannya, memacu masyarakat–utamanya generasi muda–agar tetap aktif merawat dan melestarikan budaya bangsa.

Deklarasi dukungan yang ditandai dengan menggelar pertunjukan wayang berjudul Petruk Dadi Ratu itu, diharapkan dapat “di-copy paste” di seluruh perwakilan Sahabat Ganjar seantero negeri. Tentu, hajatan budaya ini tak lepas dari pemahaman bahwa seni pewayangan erat terkait dengan eksistensi bangsa.

Membuka catatan, tidak sulit untuk mengetahui kedekatan Ganjar Pranowo dengan kalangan seniman dan budayawan, termasuk di dalamnya seniman tradisional. November 2019, misalnya, Pak Gubernur memprakarsai pertunjukan wayang secara serentak di 22 kabupaten/kota di Jawa Tengah sebagai puncak peringatan Hari Wayang Nasional 2019.

Tidak cuma pertunjukan wayang kulit. Namun, juga wayang orang dan wayang animasi, digelar bersamaan. Bahkan, saat yang sama, juga diselenggarakan coaching clinic, pelatihan pengenalan wayang yang melibatkan anak-anak muda sebagai peserta. Nama kegiatannya: Wayang for Student.

Gagasan nanggap wayang serentak ini tak lepas dari keseriusan Ganjar selaku kepala daerah yang memiliki beragam kekayaan seni dan tradisi. Ini tidak sekadar diwujudkan dengan nguri-uri atau melestarikan, tapi juga komitmen untuk terus mengembangkan kesenian tradisional. Dari situ diharapkan muncul inovasi dan kreasi dari masyarakat yang akan menambah semarak kesenian tradisional kita.

Tentang ini, ada pesan menarik disampaikan Ganjar. Kata dia, masyarakat harus terus merawat dan menjaga kebudayaan. Pemahaman terhadap kebudayaan itu tidak sebatas baju, tarian atau wayang. Tetapi, juga perilaku seperti hidup rukun, saling menghormati, dan tidak memaki. Itu semua bagian dari kebudayaan kita.

Tidak melulu di jagat pewayangan. Sebagai langkah nyata untuk melestarikan seni budaya dan tradisi, Ganjar sejak lama aktif memberikan bantuan berupa seperangkat alat gamelan kepada kelompok seniman di daerah dan desa-desa.

Mengutip data Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Tengah, terhitung sejak 2014 hingga saat ini sudah 110 desa yang menerima bantuan perangkat alat gamelan. Besaran nilainya berbeda-beda. Mulai dari Rp 75 juta hingga Rp 200 juta.

Para seniman yang memperoleh bantuan, so pasti, menyambut dengan suka cita lantaran perangkat gamelan itu sangat bermanfaat. Di Desa Wonosari, Kecamatan Bulu, Kabupaten Temanggung saja, menurut Mardiyono, seniman di sana, punya tiga kelompok kesenian. Tapi, selama ini tak mampu beli alat gamelan.

Kata Mardiyono, bantuan perangkat gamelan membuat kesenian tradisional di desanya semakin berkembang. Mulai dari wayang kulit, jathilan atau kuda lumping hingga topeng ireng. Tidak cuma orang tua, generasi muda hingga siswa SD pun banyak yang ikut berlatih dan diajak bermain.

Sebagai ungkapan terima kasih, Mardiyono dan kawan-kawan menciptakan tembang khusus untuk Gubernur Ganjar. Pemimpin yang sangat peduli terhadap seniman daerah.

Bersatu padu bersama Ganjar Pranowo. Gotong royong mbangun seni budaya. Tak akan menyerah hadapi marabahaya..."

Begitu penggalan syair yang dilantunkan oleh para waranggana, ditingkah gema suara gamelan di pendopo wisata Bumi Makukuhan, Desa Wonosari. Nama Ganjar memang sudah merasuk di relung hati mereka.[]