Terbit
31/7/2023
Diperbarui
31/7/2023

Sosok Egaliter, Gaya Bicaranya 'Blokosuto' dan Simpatik

'Tuanku adalah Rakyat, Gubernur cuma Mandat!'. 
dok.ist

"Sejak awal menjabat, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dikenal sebagai sosok yang terbuka dan egaliter. Gaya bicaranya blokosuto 'thas-thes', tapi tetap simpatik. Ganjar bisa bicara luwes dengan pejabat, birokrat, hingga tukang becak dan wong cilik di pedesaan."

 

Gubernur Ganjar Pranowo, sosok pemimpin yang senang blusukan ke tengah-tengah masyarakat kelas bawah, baik yang berada di perkotaan maupun di pelosok pedesaan. Gubernur Ganjar sering tampak akrab dan membaur, ngobrol bersama dengan gayeng dengan mereka wong cilik.

 

Ganjar tak sungkan untuk membaur dan mengakrabi siapa saja.Ia tak memandang kelas sosial-ekonomi, pendidikan, budaya, dan latar belakang lainnya yang bisa saja itu menjadi celah untuk berjarak.

 

Berbincang dengan pejabat, Ganjar bisa luwes dan tegas.Ngobrol dengan rakyat Ganjar bisa akrab dan simpatik. Bersemuka dengan kaumpapa dan lansia Ganjar bisa membuat suasana renyah dan gayeng, dengan joke-joke yang dilontarkannya.

 

Sejak menjabat sebagai Gubenur Jawa Tengah, Ganjar bahkan sering menginap di rumah warga desa, untuk sekadar mengobrol dan menyelami persoalan-persoalan yang sedang dihadapi rakyatnya.

 

Saat menginap di rumah warga, Ganjar biasanya hanya mengenakan pakaian sederhana dan bersarung. Tak jarang, atasan yang dipakainya adalah kaus oblong. Gaya busananya membaur dengan warga sekitar, tempatnya menginap.

 

Malam hari sebelum tidur, Ganjar menyempatkan diri 'ngopi'dan berbincang dengan warga sekitar tempat dia menginap. Tema obrolannya bermacam-macam. Mulai dari soal pendidikan, kondisi sosial masyarakat, masalahyang sedang dihadapi petani, dan soal apa saja yang dikeluhkan warga ia dengarkan, untuk kemudian dicarikan solusinya.

 

Ganjar bukanlah sosok pemimpin di atas menara gading, yang cukup menerima laporan dari bawahannya. Karenanya, ia memerlukan diri untuk turun ke lapangan, blusukan hingga pelosok desa, untuk mengetahui secara riilpersoalan yang dihadapi warganya.

 

Gaya kepemimpinan Ganjar Pranowo selama menjabat Gubernur Jawa Tengah ini, tak jarang mendapat sorot pelbagai pihak. Tentu tak semuanya berkonotasi positif, ada juga sebagian yang 'bersuara sumbang'. Sebab, sebaik apapun, kamu tak akan pernah bisa menyenangkan semua orang. Namun, kiranya lebih banyak yang mengapresiasi dan menyambut positif.

 

Disorot akademisi

Sorotan atas gaya kepemimpinan dan gaya komunikasi Ganjarini,  datang dari akademisi Universitas Diponegoro (Undip), Triyono Lukmantoro. Dosen Departemen Ilmu Komunikasi FISIP Undip ini menyebut, Ganjar adalah sosok pemimpin yang terbuka dan hangat ketika bertemu masyarakat.

 

Ganjar tidak menunggu didatangi oleh masyarakat tetapi justru mendekati warga dengan datang ke kampung-kampung, desa-desa. Apalagi Ganjar sampai mau bermalam atau menginap di rumah warga. Kata Triyono, gaya komunikasi Ganjar itu menunjukkan pemimpin yang peduli dan tidak tinggi hati.

 

"Ini jadi satu kekhasan sendiri dari Ganjar. Dari situkomunikasi bisa terjalin dengan baik kalau pihak pimpinan mendatangi masyarakat. Otomatis keberjarakan itu menjadi hilang, sehingga yang munculadalah kesetaraan. Jadi kalau misalnya masyarakat didatangi itu kan merasa lebih nyaman, lebih dimanusiakan," kata dosen nyentrik itu.

 

"Saya kira ini kunci pemimpin yang baik itu mendatangi dan mendengarkan apa yang menjadi keluhan masyarakat, apa yang menjadi kebutuhan masyarakat. Pemimpin tidak hanya sekadar menerima pesan yang bersifat tekstual saja, tertulis begitu kan, atau menerima keluhan dari rekaman video,tapi juga bisa juga mencium aroma masyarakat jadi tahu keluh kesah mereka, nada mereka. Ini komunikasi yang paling ideal," sambung Triyono.

 

Tidak hanya Triyono, gaya kepemimpinan Ganjar ini juga menarik perhatian akademisi Universitas Brawijaya (Unibraw) Malang. Dosen Psikologi Sosial Unibraw, Sukma Nurmala, menyebut gaya komunikasi Ganjar luwesdan berempati, tapi sekaligus lugas.

 

Hal itu membuat masyarakat bawah merasa nyaman saat berbincang dan ngobrol santai dengan Ganjar. Sehingga, warga tak sungkan untuk menumpahkan segala keluh kesah dan unek-unek yang dirasakan.

 

"Masyarakat akhirnya bisa menilai, ini lho pimpinanku.Orang ‘atas’ yang saya hormati, tapi ternyata rendah hati dan mau hadir di tengah-tengah masyarakat kecil tanpa merasa ada sekat. Bukan pemimpin yangberjarak, yang hanya berada di awang-awang, melainkan sosok pemimpin yangmengayomi dan mau turun langsung dan mendengarkan," ucap Sukma.

 

Berangkat dari bawah

Gaya kepemimpinan Ganjar yang tak berada di menara gading,senang blusukan dan bertemu langsung dengan masyarakat, rasanya tak bisa dilepaskan dari latar belakang alumnus Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakartaitu. Ganjar berasal dari keluarga polisi berpangkat rendah. Ia tumbuh darikalangan rakyat kecil.

 

Ganjar pernah merasakan makan dua butir telur saja harusdibagi dengan enam saudaranya. Sehingga, dua butir telur itu, dipotong-potong oleh ibunya menggunakan benang menjadi delapan bagian. 6 potong untuk Ganjardan saudaranya, 2 sisanya untuk kedua orangtuanya.

 

Dengan laku prihatin seperti itu, Ganjar telah merasakan bagaimana rasanya menjadi masyarakat kelas bawah. Sehingga, ketiak padaakhirnya ia tumbuh menjadi pemimpin, Ganjar bisa merasakan betul bagaimana susahnya kehidupan wong cilik. Hal itulah yang membuatnya tumbuh berkembang menjadi pemimpin yang luwes, blokosuto, tapi sekaligus penuh simpati dan nguwongke yang dipimpin. Hal ini tercermin pula dari slogannya selama menjadi pemimpin di Jawa Tengah: 'Tuanku adalah Rakyat, Gubernur cuma Mandat!'.

 

Ganjar adalah Kita!!!