Kisah pengusaha UMKM yang mengikuti program #LapakGanjar
"Waktu itu saya minta izin pakai nama Ganjar lewat DM Bapak. Pak Boleh ndak ya kain geretan yang bapak beli saya kasih nama Lurik Ganjar?"
Pemilik Dian Art, Tiwung Dyan Ekawati mengaku, setelah produknya dipromosikan Ganjar di Instagram, omzetnya langsung menanjak hingga 40 persen.
Sama sekali ia tak membayangkan bahwa poduknya bisa sampai ke mancanegara. Namun ternyata Lapak Ganjar membukakan jalan menuju ke sana.
Widodo pun sangat bersyukur adanya program Lapak Ganjar. Sebab hasil karyanya kini bisa menjangkau pasar yang lebih luas.
Produsen kopi di Temanggung memberi nama Tugiman untuk merek kopinya. Setelah diunggah Ganjar ke medsos, kopinya kini banjir pesanan
Alhamdulillah setelah direpost Lapak Ganjar, kami mendapat beberapa pesanan dari luar negeri. Seperti dari Malaysia, Hongkong, Jepang dan Belgia.
Kita tahu ada Lapak Ganjar, dan kita iseng-iseng ikut promosi. Di situlah mulai menyadari peningkatan pesat banget hingga menjangkau sampai luar Jawa.
Wendy telah membuka tujuh cabang usaha di Semarang. Di antaranya Gunungpati, Sampangan, Sekaran, Ngaliyan, dan Tlogosari.
Setelah produknya dipromosikan Ganjar Pranowo lewat akun instagram, permintaan yangko Ekaeco Borobudur milik warga Magelang ini langsung menanjak.
Bermula kegemarannya mengumpulkan kain sisa, Lyna kemudian muncul ide untuk mengolahnya kembali menjadi barang bermanfaat.
Pemasaran abon lele hingga ke mancanegara, tidak lepas dari strategi digital market. Widarsih memanfaatkan media sosial Instagram untuk memperluas pasar.
Bisnis lampu hias yang dirintis warga asal Kabupaten Rembang kini mampu menjangkau pasar yang lebih luas setelah mengikuti Lapak Ganjar.